BAB LANCAR, PEKERJAAN MULUS


Oleh : Imam Soebagio

Seorang teman mengeluh pada saya. Sejak dia memasuki usia lanjut, dirinya mengalami perubahan. Keluhannya, sulit melakukan BAB (Buang Air Besar). Bagi dia hal ini merupakan hal yang penting. Sebab pada pagi hari kalau tidak melakukan BAB, perutnya akan terasa sebah. Lebih dari itu ada juga sesuatu yang hilang. Dia tidak bisa lagi nongkrong sambil menyiulkan lagu-lagu keroncong kesukaannya dan membayangkan pekerjaan apa yang bisa dilakukan siang dan malam hari itu.

Menurut para ahli, pada lansia memang banyak diantara mereka yang menderita sembelit atau susah buang air besar. Pada usia lanjut, hampir semua organ tubuh, termasuk usus, menurun secara fisiologis akibat penuaan. Sebenarnya hal ini bisa diatasi. Yakni mengkonsumsi makanan yang mengandung serat dengan cukup.

Mengkonsumsi serat secara cukup membuat penumpukan serat dalam usus. Hal ini dapat mempercepat waktu tinggal bahan makanan dan memperbesar volume feses dalam usus. Dalam ilmu kedokteran disebut transit time.Disamping dapat untuk mempertahankan gerakan usus secara regular sehingga memperlancar buang air besar.

Untuk diketahui bahwa makanan yang mengandung serat mempunyai fungsi yang sangat penting untuk mengurangi banyak risiko. Diantarany risiko diare, ambeien, radang usus buntu, kanker usus besar, hiperlipidemia (meningkatkan kadar lemak darah), bahkan hipertensi, jantung koroner, diabetes, stroke, dan lain-lain. Nah, lu. Bahayan, kan.

Menurut Prof. Bambang Wirjatmadi, MCN, PhD, spesialis gizi, serat pangan merupakan senyawa alami yang berbentuk karbohidrat dan sedikit atau tidak menghasilkan energi. Serat banyak didapat pada kulit/pembungkus buah/daun pada sayur dan buah yang umumnya dikonsumsi manusia.

Sayuran yang kaya serat, antara lain daun kelor, kacang panjang, bayam, kecipir, brokoli, pare, daun talas, rebung, kecambah, sawi dan mentimur. Buah-buahan yang kaya serat adalah lemon, pisang, nanas, jeruk, mangga, papaya, semangka, melon apokat, belimbing, durian, dan sebagainya.

Untuk mendapatkan konsumsi serat yang cukup, dianjurkan mengkonsumsi serta 30 gram setiap hari. Namun, mengkonsumsi serat berlebihan dapat mengakibatkan kekurangan vitamin dan mineral.

Seorang teman untuk mencukupi makanan minuman berserat, usai shalat subuh setiap hari minum susu kedelai hangat. Terkadang sesudah makan malam, se siung bawang putih dia telan setelah di-gecek. Maka BAB pun lancar, wajah sumringah karena semua pekerjaan hari itu dijalaninya dengan mulus.

KACANG LEMAK RENDAH

Oleh : Imam Soebagio

Bagi penyuka makan kacang, kini saatnya anda mengkonsumsi "kacang lemak rendah". Makanan ringan yang aman untuk penderita asam urat tetapi diperlukan untuk kesehatan jantung.



Minggu depan, ya, artikelnya. Anda bayangkan dulu, profil dan rasanya !


Ikhlas


oleh : Imam Soebagio

Hujan disertai petir masih saja belum reda. Muzaki mengaji keras sekali, seolah tak mau kalah dengan suara hujan. Saya tidak tahu surat apa saja yang dia baca. Tetapi dari mimiknya dan mtanya yang terpejam, lansia ini terlihat khusuk sekali.


Minggu siang itu masih belum jam satu. Gerimis baru saja turun, tetapi petir di bagian utara Jember sudah bersahutan. Diikuti geludug yang tak pernh berhenti. Assalamualaikum. Terdengar suara di depan pintu pagar halaman. Menyusul seorang laki-laki kurus sambil terengah-engah. “Ngampong ngaop”, katanya dalam bahasa Madura. Artinya, numpang beteduh.
Laki-laki renta yang memegang sebuah botol dengan tas punggung dibelakangnya, masuk ke teras rumah setelah saya persilahkan. Saya salami, tangannya dingin, gemetaran. Mungkin kedinginan atau kecapekan. Nafasnya memburu, seperti habis dikejar hantu.
Kemudian hujan turun seperti dicurahkan dari langit. Petir dan guruh bersahutan menakutkan. Saat itu waktu makan siang. Isteri saya pun memberikan sepiring nasi dengan lauk sebutir telor, sepotong tahu, sepotong tempe serta sayur untuk pak tua itu. Pak tua itu menolak. Terlalu banyak katanya, takut tidak habis. Saya memaksanya untuk dimakan saja. Tetapi dia tetap menolak, sebab kalau tidak habis, dibuang sayang.
Isteri saya memberikan separuh porsi buatnya. Sepiring nasi yang ditolaknya tadi saya makan, sambil menemani Pak Tua makan. Lahap sekali dia makan. Alhamdulilah, terima kasih, katanya setelah menghabiskan makannya. Mulai pagi saya belum makan, katanya lagi. Saat menyerahkan piring kosong pada saya, saya lihat tangannya tidak gemetaran. Pikir saya, mungkin tadi orang itu kelaparan.
Ternyata Pak Tua itu bernama Pak Samsul, karena anak tertuanya bernama Samsul. Namanya sendiri Muzaki, mengaku berumur 78 tahun. Muzaki berasal dari Peterongan Krajan, Kecamatan Kalibaru. Dia ke Jember menjual madu dari hasil ternak anaknya, Samsul. Dia datang ke Jember sekitar empat bulan sekali menjual madu pemberian anaknya. Hanya tiga atau empat botol. Hasil penjualannya itu untuk makan sehari-hari bersama isterinya, Mina .
Bapak tidak menerima BLT, tanya saya. Tidak, jawabnya. Andaikata saya menerima BLT, saya pasti punya uang. Punya modal untuk jualan apa saja di Kalibaru. Tidak seperti menjual madu. Harus ke Jember. Itupun harus jalan kaki ke perumahan-perumahan. Belum lagu ongkos bus Kalibaru – Jember pulang balik dan ongkos angkot di Jember sebesar Rp. 20 ribu. Pulangnya masih naik ojek ke Peterongan Oleh karena itu, kalau tidak lapar betul dia tidak perlu beli nasi saat ider madu.
Satu botol madu dia jual Rp. 25 ribu. Dari hasil penjualan tiga atau empat botol madu yang hanya empat bulan sekali inilah Muzaki memberi makan isteri dan anaknya. Di rumah hanya ada se petak tegal yang hanya bisa ditanami singkong. “Ya, itu saja untuk makan”, kata Muzaki.
Hujan disertai petir masih saja belum reda. Muzaki mengaji keras sekali, seolah tak mau kalah dengan suara hujan. Saya tidak tahu surat apa saja yang dia baca. Tetapi dari mimiknya dan mtanya yang terpejam, lansia ini terlihat khusuk sekali.
Saat hujan mulai reda, Muzaki pamit sambil mengucap terima kasih. Atas kebaikan saya memberi makan, kata dia, dia tawarkan satu botol madu Rp. 20 ribu. Saya menolak, karena masih punya simpanan madu. Dia memaksa saya untuk menerima dua botol madu dengan harga Rp. 20 ribu saja. Saya masih menolak.
“Saya ikhlas, ini madu asli, bapak sangat baik kepada saya. Sepuluh ribu saja dua botol”, katanya menghiba. Saya ambil satu botol dan saya sodorkan selembar sepuluh-ribuan. Dia paksa saya menerima dua botol madunya, hanya Rp. 10 ribu. Padahal seharusnya dia jual Rp. 50 ribu.
Saya tetap menolak pemberiannya. Saya katakan, barangkali di jalan pulang nanti ada pembeli lain. Sorot matanya tajam menatap saya. Saya malah berburuk sangka, husnudh dhan, jangan-jangan madu yang dijualnya adalah madu palsu.
Dua minggu kemudian, ketika saya membuka lemari es, saya lihat madu Muzaki yang saya simpan disana. Saya keluarkan dan saya buka tutupnya. Ternyata madu itu benar-benar asli. Seminggu kemudian, saat hujan turun dengan lebatnya disertai angin kencang, saya buka pintu pagar dan pintu rumah saya. Saya menunggu barangkali Muzaki tua itu datang.
Sampai hujan reda menjelang magrib, pak tua Muzaki tidak datang. Saya menyesal sempat berburuk sangka padanya. Bahkan sampai hari ini, Muzaki tidak datang. Maaf, pak.



SELALU ADA DOA

Oleh : Imam Soebagio

Kalau melihat wajahnya yang selalu ceria, senyumnya yang selalu tersungging, rasanya lansia ini bukan termasuk orang yang susah. Dari rumahnya di Sukowirjo, Kecamatan Jelbug, setiap hari Buk Lis, begitu panggilan akrab Buna, harus ke kota. Maksudnya ke Jember. Masuk gang keluar gang, dari rumah yang satu ke rumah yang lain. Untuk mendendangkan lirik lagunya yang menawan dalam bahasa Madura dengan iringan sebuah terbang. Ngamen.






Lebih dari 25 tahun pekerjaan ngamen ini dilakoninya. Dikatakan pekerjaan, karena dari ngamen dia menghasilkan uang. Untuk makan. Modalnya juga tidak sedikit, untuk biaya transportasi. Dari rumahnya di Dukuh Gudang Berek (barat, maksudnya) naik ojek ke Jelbug dengan ongkos Rp. 4 ribu. Dari Jelbug ke terminal Arjasa ongkos colt-nya Rp. 2 ribu. Sedangkan dari Arjasa ke kota ongkos lin Rp. 3 ribu. Total ongkos kendaraan saja setiap hari pulang pergi sebesar Rp. 18 ribu.
Itulah sebabnya, kalau perolehan ngamennya belum mencapai Rp. 25 ribu, Buna belum beranjak pulang. Walaupun hari hujan atau menjelang magrib sekalipun. Sisa ongkos yang sekitar Rp. 7 ribu itulah yang untuk makan. Makan di rumah. Sebab tabu baginya untuk makan di jalan saat bekerja, kecuali diberi makan orang.
Menurut Buna yang sudah dua kali menerima tunjangan BLT, dari dulu sampai sekarang, perolehan mengamennya rata-rata Rp. 25 ribu sehari. “Kalau jam sebelas siang sudah dapat segitu, ya pulang”, katanya sambil tersenyum. Bedanya, kalau sekarang hasil mengamennya hanya bisa untuk beli beras setengah kilo, ikan asin dan sedikit bumbu. Kalau dulu, sisa ongkosnya bisa untuk beli beberapa kilo beras dan lauk-pauk. Sehingga Buna tidak harus setiap hari ke kota untuk ngamen.

Setengah kilo.
Menurut data yang tercatat dalam KTP, Buna dilahirkan pada 1 Juli 1945. Jadi usianya kini 64 tahun. Walaupun demikian, jalannya masih kokoh. Wajahnya selalu berbedak dengan lipstik merah yang menghias bibirnya. Senyumnya selalu tersungging. Dandanan-nya selalu rapi, bahkan pakaian yang dikenakannya seperti model masa kini. Ketika ditanya, blus dan rok-nya koq bagus-bagus. Buna menjawab, dia sering diberi oleh seorang ibu warga Perumahan Semeru.
Buk Lis alias Buna ditinggal mati suaminya beberapa tahun lalu. Dia kini tinggal sendiri di sebuah gubug reyot di RT 01 RW 03 Gudang Berek. Itulah sebabnya, dia minta kepada Pak Lurah agar rumahnya direhab melalui “bedah rumah”. Di RT dimana dia tinggal, masih ada 3 rumah reyot yang belum tersentuh “bedah rumah”. Kata Pak Lurah, sabar dulu.
Sementara itu anak tunggalnya, Samsuri, yang sudah berumah tangga juga termasuk keluarga miskin. Pekerjaannya buruh tani, punya anak seorang perempuan yang diberi nama Holip Watusa’diah. Selepas SD, cucu Buna dinikahkan dengan seorang kuli gudang. Anak dan cucu saya juga orang susah. “Tetapi rumahnya sudah diperbaiki oleh bedah rumah”, kata Buna.
Lirik lagu Buna sangatlah menyentuh. Itulah sebabnya banyak orang kota yang simpati kepadanya. Buna juga faham terhadap situasi kini. Andaikatapun ada orang yang minta maaf, mungkin karena tidak punya uang receh atau tidak punya uang, Buna selalu melantunkan lagunya sampai tuntas. Bahkan dia yang minta maaf.
Semangkah mak etambik.
Permen cek meranah.
Senajen dikah tak aberik.
Langkong dimen saporanah
Sebenarnya Buna bukanlah penyanyi kentrung. Namun lantaran saat itu, sekitar 25 tahun silam keluarganya tidak punya penghasilan, maka Buna belajar menabuh kentrung. Disebut orang terbang atau rebana. Dia belajar pada pengamen dari Kali Tapen. Setelah bisa menabuh kentrung dan menyanyikan dua lagu, maka Buna memulai profesinya sebagai pengamen. Kini sudah banyak lagu yang dia ciptakan untuk menghibur masyarakat.
Sepo’on mon perengah.
Sarkajeh e-taleenah.
Mator kaso’on peparengah.
Der raje’eh gente’enah.

Semangka koq dibawa, permen sangat merah, walaupun anda tidak memberi, lebih dulu saya minta maaf
Sepohon pemberiannya, srikoyo diikat, terima kasih pemberiannya, mudah2an besar gantinya.