LEBARAN 2009





















Oleh : Imam Soebagio

Karena saya orang Jember, walaupun kelahiran Bondowoso, maka lebaran-pun cuma di Jember. Nggak perlu mudik jauh-jauh. Cukup di Jember. Karena ibu tinggal di Sumbersari. Ibu mertua juga tinggal di Jember, walaupun agak melosok di Mojosari, Puger. Yang paling penting, maknanya

Kepada orang tua kami mohon ampunan atas kesalahan yang telah kami perbuat. Sebab mustahil sebagai anak tidak punya salah dan dosa kepada orang tuanya. Saya sekeluarga belum cukup mampu membahagiakan orang tua kami, walaupun sudah mengusahakannya. Para ibu yang sudah sepuh itu menyadari keadaan kami, kekurangan kami, keterbatasan anak.

Namun, dari raut wajah mereka, saya lihat kebahagiaan mereka saat melihat kami. Saya bersama adik-adik telah menyemarakkan rumah kedua orang tua kami. Dengan keramaian, celoteh dan perilaku para cucu dan cicit kedua ibu kami. Semarak, meriah penuh kebahagiaan. Semoga kebahagiaan kedua ibu kami ini dapat mereka rasakan sepanjang tahun, kedepan. Semoga panjang umur bagi kedua ibu kami.

Kami juga mohon doa saat kami sungkem, agar kami juga diberi panjang umur. Agar para anak dan cucu kami demikian juga. Diberikan kesehatan, kelancaran studinya, berhasil mengabdikan diri untuk keluarga, bangsa dan tanah airnya.

Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu kami sembah, kami berdoa agar kami semua selalu berada dalam lindunganNYA. Terima kasih Tuhan atas anugerahMU. Terima kasih Tuhan atas kepercayaan yang telah ENGKAU berikan kepada kami untuk tetap hidup dalam garisMU.


SELAMAT LEBARAN



Kami sekeluarga menyampaikan ucapan "Selamat Hari Raya Idul Fitri 1430 H" Mohon maaf lahir dan batin. Buat teman, para sahabat dan segenap keluarga yang belum kami kirimi ucapan, mudah2an pesan ini sampai ke haribaan bapak/ibu/saudara sekalian. mudah2an kita semua selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa, diberikan umur yang panjang, diampuni dosa2 kita dan selalu dalam lindunganNYA. amin.

imam soebagio & siti zaenab




MOHON MAAF LAHIR BATIN


Ketua bersama pengurus Perwakilan Yayasan Gerontologi Abiyoso Kabupaten Jember menyampaikan selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1430 H. Mohon maaf lahir dan batin. H. Giman Supriatno (Ketua) dan Imam Soebagio (Sekretaris).




Delapan Anak Serma Itu, Semua Jadi “Orang”



Oleh : Imam Soebagio

Karena tidak bakat saja, dia pensiun sebagai tentara. Kemudian beralih profesi sebagai petani. Tetapi dia tidak pernah membayangkan kalau bisa punya anak delapan, karena dia anak tunggal. Bahkan dia juga tidak membayangkan kalau semua anaknya bisa menjadi “orang” walaupun pangkatnya ketika pensiun cuma sersan mayor. Dia tak suka menyebut pangkatnya, tetapi dia bangga disebut prajurit. Itu yang Gustino (87 tahun) kepada saya yang mengunjunginya beberapa waktu lalu.

Tidak seperti tutur kata prajurit lain yang selalu berapi-api saat berbicara, Gustino menjawab pertanyaan saya dengan kalem. Orangnya sangat bersahaja, wawasannya sangat luas, enak diajak ngomong, apalagi kalau menyangkut masalah pertanian. Ditemui di kediamannya di Jalan Kartini 29 Jember, Gustino memulai kisah petualangannya sebagai prajurit.

Dilahirkan di Tanggul, Jember pada 18 Mei 1922 dari seorang ibu bernama Bunira. Isteri seorang SS (pegawai kereta api) di stasiun Tanggul bernama Soepono. Menamatkan sekolah rakyat di Banyuwangi tahun 1936, karena bapaknya selalu berpindah-pindah tempat tugasnya. Kemudian akhirnya memilih jadi petani. Maka Gustino yang anak tunggal ini sekolah tani di Sukun, Malang.

Lantaran teman sekolah di Sukun berasal dari berbagai daerah, maka Gustino usai sekolah tani bertolak ke Lampung. Atas provokasi teman-temannya dari sana, Gustino berangkat ke Lampung karena katanya disana banyak tanah yang bisa digarap. Ternyata benar, petani di Lampng saat itu suka berpindah-pindah. Membabat hutan, menanam padi tiga kali, kemudian lahan itu mereka tinggalkan. Dan, lahan yang mereka tinggalkan itu Gustino olah dengan cara lebih modern bersama teman-temannya.

Saudara tua.
Hasilnya menggembirakan. Tetapi hal ini tidak lama mereka rasakan, sebab tiba-tiba saja “saudara tua” datang. Ternyata, mereka sama seperti Belanda, menjajah negeri ini. Maka petani padi diwajibkan menanam jarak untuk mendukung perang Asia Timur Raya. Kami sebagai ”saudara muda” nurut saja, walaupun nggrundel, kata Gustino tertawa.

Sehari setelah Bung Karno memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia, tepatnya tanggal 18 Agustus 1945, Gustino menerima kabar dari SS (pegawai kereta api) bahwa Indonesia merdeka. Beberapa waktu kemudian Gustino bergabung dalam BKR (Badan Keamanan Rakyat). Kemudian bergerilya melawan Jepang. Melawan aksi polisionil Belanda dan tidur di hutan selama bertahun-tahun.

Mulai dari hutan Pringsewu, Metro, Kotabumi, Lampung Selatan dan sekitarnya. Pasukannyapun berubah menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan TRI (Tentara Republik Indonesia). Menurut Gustino, ada yang lucu saat itu mengapa para pemuda cepat-cepat bergabung dalam BKR. Dari telegram SS diperoleh kabar bahwa para pemuda yang belum bergabung dengan BKR dikirimi bedak oleh para pemuda Bandung.

“Daripada dikirimi bedak seperti banci, maka kami buru-buru bergabung dengan BKR untuk angkat senjata”, katanya terbahak-bahak. Maka petani dan pemuda Tanjung Karang jadi tentara dengan memanggul senjata. Bergerilya melawan Belanda, terutama saat Belanda ”nunut” tentara Sekutu.

Anak Pak Lurah.
Belanda pun akhirnya bisa diusir dari Tanjung Karang. Keamanan berangsur-angsur pulih. Saat cease fire (gencatan senjata) tahun 1949, para gerilya ini disalurkan ke berbagai kesatuan yang ada di Lampung. Saya terpilih menjadi anggota CPM di Tanjung Karang karena dekat kediaman saya. Saat itu komandannya adalah Kapten CPM Soeratno. Saya ingat, yang jadi Komandan Korem saat itu adalah Kolonel Ryakudu. “Bapaknya Ryamizard Ryakudu, Jenderal itu lho”, kata Gustino menjelaskan.

Dalam meniti karir sebagai prajurit, Gustino baru berfikir untuk menikah. Ternyata di Tanjung Karang, Lurah Kedung Tataan punya anak gadis. Banyak pemuda disana menaksir sang gadis berdarah Jawa (Purworejo) yang benama Suwarsih ini. Tetapi para penaksir itu kalah bersaing dengan Gustino. “Selain saya tampan, dipinggang saya ada pistol”, katanya tertawa keras.
Saya kaget mendengar tawanya yang keras meledak-ledak lansia ini. Nampaknya Gustino bernostalgia. Sambil berkacak pinggang, dia peragakan pistol yang ada di pinggang kirinya. Pada saat itu para pejuang yang turun dari gunung dengan berambut gondrong, menjadi favorit masyarakat. Hahahahaha …………

Tahun 1953 sersan mayor CPM Gustino minta pensiun dan memilih jadi petani. Kemudian tahun 1970 pulang ke Jember. Menemani ibunya yang sudah sendiri karena ditinggal bapaknya yang telah meninggal dunia. Anak pak Lurah yang kini sudah jadi isterinya dibawa juga ke Jember beserta tujuh anak mereka. Dan di Jember masih juga ditambah satu anak lagi.
Alhamdulilah kedelapan anak saya sudah jadi “orang” semua. Empat anak laki-laki sudah sarjana, sedang keempat anak perempuan saya sarjana muda, kecuali yang seorang lulusan SMA. Mereka mengabdikan diri dengan karir masing-masing. Lebih meriah lagi, keluarga saya dianugerahi 24 cucu dan 4 cicit, kata Gustino. Sayang, isteri Gustino meninggal dunia awal 2009 lalu. Tetapi Gustino masih tetap sehat, membuat sket lukisan dan merawat bunga di halaman rumahnya.

Selain mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan kepada keluarga Gustino, untuk menyekolahkan kedelapan anak-anaknya, dia tidak hanya mengandalkan pensiunannya. Gustino masih bertani sampai anak-anaknya mentas. Bahkan pada awal-awal pindah ke Jember, Gustino menjadi sopir taxi. “Saya tidak malu, karena itu memang tanggung jawab saya”, kata Gustino menutup pembicaraan.

Gustino bangga jadi prajurit. Gustino bangga ikut bertempur melawan penjajah mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Gustino dalam usianya yang uzur cuma titip agar anak cucunya mempertahankan NKRI dan mengisi kemerdekaan sesuai tugas yang diemban masing-masing. Merdeka teriaknya sambil mengepalkan tinjunya.



MAKAN KACANG, SIAPA TAKUT !

Oleh : Imam Soebagio

Kacang tanah (Arachys hypogeta) termasuk kategori makanan diet yang telah dipertimbangkan secara matang. Sangat cocok sebagai ”suplemen” kesehatan bagi mereka yang senantiasa melengkapi hidangan hariannya dengan makanan sumber lemak. Mereka yang mengonsumsi kacang satu hingga empat kali per minggu memiliki penurunan 25% dari risiko kematian gara-gara CHD (coronary heart disease) alias penyakit jantung koroner.

Kajian epidemiologi pada 34.000 wanita di Iowa selama 5 tahun, mengokohkan dugaan itu. Disebutkan, wanita yang makan kacang dua kali atau lebih per minggu memiliki kemampuan menurunkan risiko kematian dari CHD sampai 40%. Demikian pula salah satu poin penting hasil telaahan besar-besaran The Harvard University Nurse’s Health Study yang diawali pada 1976 yang melibatkan 120.000 wanita sebagai sampelnya dengan mengumpulkan data medis dan gaya hidup.

Disebutkan Burrington dalam The World Of Food Ingre-dients, Oktober -November 2001, telah dipublikasikan di British Medical Journal tahun 1998. Wanita yang mengonsumsi lebih dari lima ons kacang per minggu memiliki kemampuan mereduksi 35% dari risiko total CHD apabila dibandingkan mereka yang hanya mengonsumsi satu ons per bulan atau tidak sama sekali.
Kacang lemak rendah.

Unsur lain yang dimiliki kacang tanah, disebut juga memiliki berpengaruh kuat adalah niasin (asam nikotin). Kadarnya mencapai 13 mg dalam setiap 100 gram bahan makanan. Suatu nilai lebih tinggi dibanding yang dikandung hati sapi dan ayam (12 dan 10 mg/100 gr bahan makanan) dan sangat jauh berbeda dibandingkan kacang merah yang cuma memiliki 2 mg.

Niasin telah dikenal oleh para ahli biokimia (sejak 1867), tetapi pengenalannya sebagai suatu vitamin antipellagra (kulit kasar, suatu penyakit yang ditemukan di Italia tahun 1771), baru dimulai tahun 1937. Selain dapat berfungsi sebagai enzim, vitamin ini terbukti pula memiliki efek pharmakodinamik sebagai vasodilator perifer dan menurunkan kadar kolesterol darah.

Disebutkan William B. Parson Jr., M.D., penulis Cholesterol Control Without Diet! The Niacin Solution, jika statins — biasa digunakan untuk melengserkan kolesterol — terutama bekerja dalam menurunkan LDL, hasil beberapa studi memperlihatkan, niasin — dalam dosis tinggi — mampu bekerja lebih komplit: LDL turun 10-25%, trigliserida ”tersungkur” 20-50%, sementara HDL terdongkrak naik 15-35%.

Kalau anda masih ragu mengkonsumsi kacang tanah, tetapi ingin memakannya, di Jember sudah ada yang memproduksi “kacang lemak rendah”. Kacang tanah pilihan dijemur dibawah panas matahari 4 sampai 5 hari untuk menghilangkan kandungan airnya. Kemudian di pres untuk dikeluarkan minyaknya. Kulit arinya terlepas, sehingga yang tersisa adalah kacang tanpa kulit. Setelah dibumbui kemudian digoreng.

Kacang lemak rendah ini sudah tidak berminyak. Karena saat di pres, pori-pori dalam kacang sudah hancur. Sehingga ketika digoreng, minyak gorengnya tidak masuk kedalam kacang. Pastinya, mengkonsumsi kacang lemak rendah, aman dari kolesterol, asam urat dan diabetes.
Kalau pingin ngicipi atau untuk oleh-oleh dari Jember, maka tidak salah kalau anda menghubungi penulis. Karena kacang lemak rendah ”Enak Tenan” adalah produksi penulis sejak dua tahun silam. Kalau berminat bisa hubungi (0331) 3596040 atau e-mail : pakdebagio@yahoo.co.id.