Buletin BeR-INTAN



Oleh : Imam Soebagio

Menarik untuk disimak. Ternyata para lansia yang tergabung dalam organisasi Intan Sejati punya kegiatan yang perlu diacungi jempol. Mereka menerbitkan sebuah buletin 24 halaman yang mereka beri nama BeR-INTAN, Berita Ringkas Intan Sejati. Intan Sejati adalah organisasi para pensiunan dan mantan karyawan Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Timur (Dipenda).


BeR-INTAN menjadi menarik karena pengasuhnya, reporternya dan petugas sirkulasinyanya adalah para pensiunan. BeR-INTAN punya visi : terwujudnya peningkatan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan kebahagiaan anggota Intan Sejati dan warga Dipenda Jawa Timur.

Misinya : (1) Mengemban fungsi sebagai sarana komunikasi dan informasi untuk mewujudkan tujuan Intan Sejati. (2) Melestarikan hubungan kekeluargaan anggota Intan Sejati dengan warga Dipenda Jawa Timur yang sehat, sejahtera dan bahagia.

Sungguh mulia keinginan dan tekad mereka untuk menjalin hubungan silaturakhim, sekaligus memberikan informasi agar para lansia ini awet urip, tetap sehat dan berguna. Tekad ini mendapat dukungan dari Kepala Dipenda Jawa Timur I Made Sutarya, SH, M.Hum. Bahkan Gubernur Jawa Timur DR. H. Soekarwo, SH, yang mantan karayawan Dipenda dan pernah menjadi Kepala Dipenda Jawa Timur ini memberikan suport luar biasa.

Untuk mewujudkan penerbitan ini, Intan Sejati bekerjasama dengan Tabloid Gema Lansia yang terbit di Jember. Kesepakatan bersama telah ditandatangani oleh Ketua Intan Sejati Drs. Dyatmiko Soemodiharjo, SH, M.Hum dengan penanggung jawab Gema Lansia Imam Soebagio, awal Agustus 2009 lalu.

Sampai terbitan ketiga ternyata BeR-INTAN mendapat sambutan baik bagi para pensiunan dan mantan karyawan Dipenda. Malah para Kepala UPT Dipenda se Jawa Timur bersama para karyawannya ramai-ramai membaca dan memberikan dukungannya. Karena isinya memang perlu, enak dibaca, sangat bermanfaat dan menyegarkan. Maklumlah, gratis. Kabarnya, income untuk menghidupi BeR-INTAN ini berasal dari iklan.

Segala surat menyurat bisa dialamatkan ke : Redaksi di Jl. Ngagel Jaya – Komplek RMI C-17 Surabaya. Atau e-mail : buletin berintan@ymail.com. Untuk diketahui BeR-INTAN juga punya motto : Tetap Sehat, Bersemangat dan Bermanfaat. Gambar diatas adalah kolaborasi Pengasuh BeR-INTAN dan Gema Lansia dam cover BeR-INTAN edisi 2.

3 SANGU PENSIUN


oleh : H. Indro Prapto Ariyadi, SH

Tidak semua orang berhasil jadi lansia. Banyak faktor penyebab orang tidak sampai berusia 60 tahun. Diantaranya, kurang bisa me-manage hidup. Tidak mengatur gaya hidup. Tidak berpantang makan kurang sehat atau tidak pernah berolah raga.

Tidak semua PNS siap jadi pensiunan. Ada yang merasa kurang mapan, ada pula yang masih ”berurusan” dengan bank atau koperasi. Bahkan ada yang eman karena kalau pensiun, jabatannya ikut di pensiun. Artinya, penghasilan tinggal 70 persen kali gaji pokok. Itupun tanpa uang lauk pauk, tunjangan jabatan, jasa pungut, uang kepanitian atau insentif. Malah uang perjalanan (SPPD) dihapus sama sekali.

Menurut saya, menjadi lansia itu membahagiakan. Demikian juga pensiun sebagai PNS. Pensiun berarti lulus mengabdikan diri sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Walaupun kita masih dituntut mengabdi sesuai kemampuan dan profesi masing-masing dalam lingkungan masyarakat.

Ada 3 sangu untuk siap pensiun. Pertama, iso nuruti kesenengan. Agar hati senang, sehingga awet urip. Kedua, kumpul karo sak pantarane. Artinya mencari teman sebaya sehingga komunikasi tetap lancar, untuk saling mengisi dan berbagi pengalaman. Bahkan jadi teman curhat. Ketiga, duwe simpenan. Walaupun sedikit, setiap orang seyogyanya memiliki tabungan. Sehingga bisa dinikmati di hari tua atau dapat digunakan untuk keperluan emergensi. (Dimuat dalam BeR-INTAN, edisi 3/2009).

46 TAHUN SMP NEGERI I KALISAT




Oleh : Siti Djaenaf, S.Pd

Saya mengajar di SMP Negeri Kalisat hanya sekitar 5 tahun. Namun kesan mendalam saya peroleh selama bertugas di sekolah ini. Pertama, karena setelah menyelesaikan kuliah, saya diangkat sebagai CPNS di sekolah ini. Saya mengajar Bahasa Indonesia bagi para siswa yang aksen kentalnya masih madura. Sesuatu yang ternyata memperkaya khasanah saya. Kedua, saya harus menempuh perjalanan ke tempat mengajar dengan colt (kendaraan umum) dari Jember ke Kalisat setiap hari. Berangkat dari Jember setengah enam pagi. Kalau kesiangan, terpaksa suami saya yang harus mengantar ke Arjasa.

Itu selintas menyibak kenangan masa lalu yang terekam, ketika para guru sekolah ini mengadakan temu kangen dan reuni, 7 Agustus 2009. Saat itu mantan guru dan karyawan berkumpul kembali, kangen-kangenan melepas rindu. Banyak yang sudah pensiun, banyak yang menjadi kepala sekolah atau mendapat tugas kependidikan lainnya. Yang masih menjadi guru seperti saya juga masih banyak.

Kepala sekolahnya sekarang adalah Drs. Nursyamsu Subagio yang dulu teman seangkatan saya. Kemudian beberapa teman menjadi Kepala Sekolah. Diantaranya : Drs. Soenaryono, MM (SMP Negeri I Jember), Drs. Tokkin Sakijono (SMPN 2 Sukowono), Dra. Ekowati Dani (SMPN Tanggulangin, Sidoarjo), Dra. Tri Arifina (SMPN Pringgodani, Sumberjambe), Drs. Andre Kus Irianto (SMPN 13 Jember).

Sementara itu yang tercatat sebagai pegawas pendidikan antara lain Dra. Atiyah, Drs. I Nyoman Sukerta, Drs. Bambang Setiotomo. Penulis minta maaf karena tidak dapat mencatat secara lengkap teman guru yang sudah menempati posisi penting dalam dunia kependidikan. Namun ada beberapa informasi yang saya catat keberadaan teman-teman saat ini. Diantaranya : Subandrio (Ponorogo), Sarto (Kertosono), Endang Suharti (Surabaya), Mistriniah (Jakarta), Mur Setyasih (Sragen), Tri Amini (Pare), Nuriyah Setyawati (Pacitan), Hardiyanto (Jombang), Edy Sunyoto (Nganjuk).

Pangsit mie.
Ketua Panitia reuni Drs. H. Sutikno menuturkan, saat meninggalkan sekolah ini tahun 1971, disini masih ada enam kelas. Saya jadi teringat saat itu. Saya mengajar kelas dua yang tempat belajarnya nunut di SMP Terbuka. Tempatnya di belakang stasiun kereta api. Tempat belajar kelas satu ada di sekolah induk di Jalan Diponegoro, tetapi sore hari. Akibatnya kalau saya mengajar kelas satu, saya harus berlarian ke Jalan Dipnegoro. Menyeberang rel kereta api setengah lari dan menyempatkan makan siang bakwan atau pangsit mie di Depot 32.

Menurut H. Sutikno, kini alumninya sudah ribuan. Tersebar di seluruh Nusantara. Banyak yang sukses menjadi pejabat, bahkan ada yang menjadi Kapolda dan Rektor Perguruan Tinggi. Bahkan para alumninya kini malah menjadi guru di sekolah ini.

Drs. Nursyamsu Subagio menjelaskan bahwa sekolah ini kini berusia 46 tahun. Statusnya Sekolah Berstandar Nasional. Dulu merupakan salah satu dari 6 SMP Negeri di Jember. Kini SMP sudah ratusan jumlahnya, sehingga sekolah ini harus berlomba untuk mencetak lulusan berkualitas. Harapannya, agar teman guru baik yang sudah pensiun maupun yang masih aktif, dapatnya memberikan sumbang pikir untuk lebih memajukan sekolah ini.

Ada beberapa gambar yang sempat saya rekam pada acara temu kangen Sabtu ini. Mudah-mudahan bisa menjadi pengobat rindu bagi teman-teman yang tidak hadir. Saya juga mengharap agar tulisan ini bisa dilengkapi oleh teman-teman yang lain. Barangkali kelak bisa disumbangkan uintuk SMP Negeri I Kalisat, Jember menghadapi tantangan global.

Gambar I : Bu Elly Nursyamsu menyambut tamu. Gambar II : dari kika Pak Andre (Kepala SMPN 13 Jember), Pak Bambang (Oto 2000), Bu Yanisar (pensiun, Malang), penulis (SMPN 3 Jember), Bu Eko (Kepala SMPN Tanggulangin, Sda), Bu Lusi (SMPN 2 Silo), Pak Nursyamsu. Gambar III : Suasana semakin akrab pada acara makan siang sambil lesehan di laboratorium audio yang canggih.

Jayalah SMP Negeri I Kalisat..

APOKAT


Oleh : H. Soemitro

Saat udara terik seperti sekarang ini, paling enak minum es teler atau es campur berisi apokat atau jus apokat. Sedap, menyegarkan. Tetapi banyak lansia justru menghindarinya. Konon kabarnya apokat mengandung lemak berlebihan dan bisa memicu penyakit yang biasa diderita lansia. Seperti kolesterol yang menyebabkan tekanan darah tinggi atau asam urat. Benarkah ?

Menurut Jaffar Siddiq dalam bukunya ”Mukjizat Dan Khasiat Dahsyat Buah-buahan”, buah apokat yang masak, daging buahnya lunak, berlemak. Orang Malaysia menyebutnya Atpokado, berasal dari Amerika Tengah yang tumbuh di hutan-hutan. Biasa ditanam di tanah gembur dan subur yang tidak tergenang air. Nama latinnya adalah Persea gratissima Gaertn.

Buah apokat atau alpukat memiliki kulit lembut tak rata berwarna hijau tua hingga ungu kecoklatan, tergantung pada varietasnya. Daging buah alpukat berwarna hijau muda dekat kulit dan kuning muda dekat biji, dengan tekstur lembut. Sehingga mudah dicerna dan berguna bagi tubuh. Kandungan lemak ini memberikan energi yang cukup tinggi dengan rasa yang gurih dan lezat .
Komposisi buah dan daun mengandung aponin, alkaloida dan flavonoida. Buah apokat juga mengandung tanin dan daunnya mengandung polifenol, quersetin, gula alkohol persiit. Itulah sebabnya buah ini bermanfaat sebagai obat berbagai penyakit.

Kalau es campur, es teler, jus apokat disiriki oleh para lansia karena dikhawatirkan kolesterolnya naik, bukan karena apokatnya. Tetapi karena campurannya berupa susu, coklat dan gula yang memang seharusnya dikurangi untuk dikonsumsi lansia. Apokat mengandung lemak tak jenuh tunggal yang justru dapat menunrunkan kolesterol. Apokat diketahui juga sangat kaya betasitosterol, bahan alami yang signifikan menururnkan kadar kolesterol dalam darah.

Dalam sebuah penelitian disebutkan demikian. Mengkonsumsi apokat setiap hari selama seminggu, kolesterol dalam darah mengalami penurunan 17%. Buah Alpukat kaya akan lemak yang baik atau yang disebut dengan LDL (Low Density Lipoprotein).

Penyembuh berbagai penyakit.
Buah alpukat juga merupakan sumber Vitamin E dan beberapa Vitamin B. Kandungan serat buah alpukat secara simultan juga dapat membantu proses pencernaan. Buah alpukat juga mengandung karbohidrat dan lemak tak jenuh sehingga dapat :
1. Menurunkan kolesterol darah
2. Melembabkan kulit
3. Membantu regenerasi darah merah
4. Mencegah anemia
5. Mencegah konstipasi
6. Mencegah malnutrisi.

Beberapa penyakit yang bisa disembuhkan dengan apokat berikut caranya, seperti berikut :
 Sariawan : Isi apokat yang sudah masak diberi 2 sendok makan madu murni, diaduk merata lalu dimakan. Lakukan setiap hari sampai sembuh.
 Kencing batu : 4 lembar daun apokat, 3 buah rimpang teki, 5 tangkai daun randu, setengah biji pinang, 1 buah pala, 3 jari gula enau, dicuci kemudian direbus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 2 ¼ gelas. Setelah dingin disaring lalu diminum. Sehari 3 kali ¾ gelas.
 Kulit muka kering : Buah diambil isinya lalu dilumatkan sampai seperti buibur. Dipakai untuk masker, dengan cara memoles muka yang kering. Muka dibasuh dengan air setelah lapisan masper apokat tersebut mengering
 Sakit gigi berlubang : Pada lubang gigi dimasukkan bubuk biji apokat.
 Bengkak karena peradangan : Bubuk biji apokat secukupnya ditambah sedikit air diaduk sampai menjadi adonan seperti bubur. Balurkan ke bagian tubuh yang sakit.
 Kencing manis : Biji dipanggang diatas api lalu dipotong kecil-kecil, kemudian direbus sampai airnya berwarna cokelat. Saring, minum setelah dingin.
 Teh dan apokat : Sangat baik untuk menghilangkan rasa sakit kepala, nyeri lambung, bengkak pada saluran napas, rasa nyeri syaraf (Neuralgia), dan datang haid tidak teratur.

ONTONG-ONTONG BOLONG


oleh : H. soebaiyanto

Seperti disamber petir di siang hari bolong, Wati kaget mendengar permintaan mbah kung-nya. Dia minta dilamarkan mbah Iyem, untuk dinikahinya. Padahal mbah kung Wati sudah sepuh betul dan sudah lama menduda.

- ”Mbah kung kesepian ?”, tanya Wati.

- ”Tidak”, jawab mbah kung.

- ”Mbah kung, kepingin ........”

- ”Tidak”, jawab si mbah kung memotong pertanyaan Wati.

- ”Kenapa mbah kung minta kawin ?”.

- ”Biar pensiunku tidak terputus”, jawab mbah kung polos.

Tiba-tiba dari dalam rumah terdengar suara serak sebuah lagu yang dinyanyikan buyut mbah kung. Onthong-onthong bolong adu merak adu sapi. Ada kakek ompong, wis tuwek njaluk rabi. Mbah kung tiba-tiba bangkit dari amben, ngeloyor pergi ke rumah Agus pemilik warung STMJ di seberang jalan. Tulisan ini dimuat di Buletin BeR-INTAN edisi : 3/2009.



MENGISI KEMERDEKAAN


Oleh : Drs.R.Dyatmiko Soemodihardjo SH, MHum

Sampai dengan tanggal 17 Agustus 2009 ini bangsa Indonesia telah 64 tahun hidup di alam kemerdekaan menikmati hasil perjuangan dan pengorbanan jiwa raga putra bangsa yang berahun-tahun berjuang melawan penjajah. Mereka berjuang tanpa pamrih pribadi apapun dan hanya didorong oleh satu keinginan serta kehendak yang sucidan luhur membebaskan tanah air dari penjajahan demi terwujudnya Negara Indonesia dari sabang sampai merauke yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Selanjutnya kemerdekaan yang telah dicapai itu harus diisi dengan upaya memajukan kesejahteraan umum, menderdaskan kehidupan bangsa dan melindungi segenap bangsa Indonesia dari segala ancaman dan penderitaan.


Dalam memperingati ulang tahun kemerdekaan saat ini perlu diingat dan direnungkan kembali apa sesungguhnya yang diamanatkan para pejuang kemerdekaan dan pendiri Negara Republik Indonesia ini. Apakah kita semua sekarang ini yang menikmati hasil perjuangan mereka itu telah dengan sungguh-sungguh melaksanakan amanat kemerdekaan tersebut atau mungkin bahkan melupakannya? Utamanya para penyelenggara Negara dengan segala kekuasaan dan kewenangannya sudahkah mensejahterakan rakyatnya dengan berkeadilan sehingga terwujud masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.

Yang sangat memprihatinkan, bahwa kemerdekaan negeri ini kenyataannya justru diisi dengan merajalelanya proses penghancuran alam dan lingkungan. Berupa penggundulan gunung, pembabatan hutan, pebalakan liar, penambangan liar, perusakan pantai dan daerah aliran sungai tanpa adanya pengawasan dan penindakan dari yang berwajib, sehingga kesemuanya dilakukan bebas tanpa terkendali.

Pada saat rakyat kecil sedang diuji ketahanan hidupnya dan berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, mengapa perbuatan korupsi, penyuapan, pemereasan, pungutan liar, gratifikasi dan perbuatan lainnya yang merugikan uang Negara serta menghabiskan uang rakyat justru semakin vulgar dan merajalela?

Diseluruh daerah di tanah air ini dari Papua sampai Aceh telah dipenuhi dengan kasus korupsi yang merebak meliputi 33 propinsi yang ada. Sejumlah korupsi yang terjadi di daerah ini belum lagi ditambah dengan banyaknya korusi yang terjadi di berbagai departemen, Lembaga Negara Non Departemen (LNND), Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan lainnya.

Kejaksaan Agung yang merupakan salah satu pilar penegakan hukum dan pemberantasan korusi ternyata juga terjerat kasus korupsi yang melibatkan pejabatnya di gedung bundar. Rakyat merasa prihatin dengan adanya dugaan korupsi miliaran rupiah yang melibatkan wakil-wakilnya yang terhormat di lembaga legislatif Bahkan sudah ada pula yang ditahan dan dihukum karena terkait dengan kasus korupsi.

Sebagai generasi penikmat kemerdekaan selayaknya merasa berdosa bilamana tidak dapat mensyukuri anugerah Allah SWT berupa kemerdekaan sebagaimana seharusnya. Bumi Indonesia yang merdeka ini tidak selayaknya dijadikan ajang lomba memperkaya diri secara melawan hukum dengan menyalahgunakan kekuasaan untuk mengeruk sebesar-besarnya kekayaan Negara dan uang rakyat.

Para koruptor harus minta maaf yang sebesar-besarnya kepada para pejuang kemerdekaan, karena sudah ingkar daei apa yang diamanatkan.Juga harus minta maaf kepada rakyat dan bangsa Indonesia atas perbuatan jahatnya yang telah menyengsarakan serta menjauhkan rakyat dari kesejahteraan dan kemakmuran. Selanjutnya yang semestinya dilakukan bangsa ini adalah membersihkan tanah air dari jeratan korupsi. Antara lain melalui reformasi birokrasi pemerintah, pelayanan publik, perpajakan, perijinan dan pengawasan.

Kalau pemerintah dapat menyediakan anggaran triliunan rupiah untuk pemilu dan pilkada, seharusnya pemerintah juga bisa menyediakan triliunan dana untuk program yang berkaitan langsung dengan kesejahteraan rakyat. Antara lain untuk pengadaan dan penyediaan pangan, penyelenggaraan pendidikan dan pelayanan kesehatan.

Upaya mensejahterakan rakyat ini mesti didukung dengan upaya meningkatkan pemberdayaan sumber daya manusia, memperbaiki pengelolaan energi dan sumber daya alam serta pelestarian lingkungan dan hutan.

Marilah dengan melakukan renungan suci memperingati ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, segenap komponen bangsa ini sekali lagi memantapkan niat dan kehendaknya untuk bertekad mengisi kemerdekaan dengan mengutamakan kepentingan rakyat diatas kepentingan pribadi, kelompok, golongan maupun partai.

Selaras dengan Semangat Proklamasi mari kita tinggalkan korupsi, kolusi, dan nepotisme demi mensejahterakan seluruh rakyatnya dan bukan hanya pemimpinnya yang sejahtera. Jangan sampai terjadi di negeri ini bahwa keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan hanyalah suatu impian bagi rakyat dan kemerdekaan hanya tinggal menjadi kenangan.

Merdeka! Dirgahayu Bangsa dan Negara Republik Indonesia. Santya Jaya Jaya, selamatlah dalam kejayaan. Naskah ini dimuat dalam Buletin BeR-INTAN edisi 10 Agustus 2009.