WISATA KE PANTAI PUGER

Oleh : pakde bagio


Memanfaatkan libur long week end, Pantai Puger di Kabupaten Jember masih merupakan obyek wisata yang layak dikunjungi. Pantai indah ini letaknya sekitar 36 kilometer dari kota Jember yang masuk kawasan Jember selatan. Pantai ini menjadi indah karena merupakan muara dari Sungai Bedadung yang menjadikan kawasan ini subur dan makmur.


Muara Sungai Bedadung disebut plawangan atau pintu keluar masuk nelayan mengarungi Samudera Indonesia menangkap ikan. Di muara ini pula tampak pemandangan menakjubkan karena adanya pertemuan air tawar dan air laut.Dan disini pula tampak bagaimana kepiawaian para nelayan mengendalikan jukung-nya untuk bisa keluar dan masuk melalui plawangan. Muara yang sempit ini diapit oleh lereng Gunung Watangan dan pantai pasir yang dikenal dengan nama Pancer.

Tidak jauh dari plawangan, terdapat kolam air tawar alami yang disebut Kucur. Di kolam pemandian kucur orang mandi air pegunungan yang segar dan bercengkerama dengan monyet yang kebanyakan sudah jinak. Kedua tempat inilah yang banyak dikunjungi wisatawan lokal dan mancanegara untuk melepas lelah dan melihat panorama menakjubkan. Bagi masyarakat setempat kedua tempat ini dijadikan tempat ber-nazar, bahkan ada juga yang ngalab berkah.
Untuk sampai ke kedua tempat ini, pengunjung dapat naik perahu nelayan. Perahu yang biasanya sudah uzur digunakan untuk transportasi wisata. Namun, pada saat paceklik atau musim barat, lebih banyak lagi perahu yang dioperasikan untuk antar jemput pengunjung. Ongkosnya pulang pergi sekitar Rp. 5 ribu, atau kalau sedang ramai bisa menjadi Rp. 10 ribu.

Trasi dan nus.
Tidak hanya itu saja panorama Puger menarik wisatawan. TPI (Tempat Pelelangan Ikan) termasuk obyek yang menarik untuk dikunjungi. Disini dilakukan transaksi jual beli hasil laut Samudera Indonesia dengan pedagang dan wisatawan. Ikan tengiri, tuna, pari dan layur menjadi primadona disini. Udang tidak ada tetapi ikan nus merupakan jenis ikan yang paling banyak didapat dan dicari.

Hasil ikan laut inilah andalan para nelayan Puger. Hasil laut yang melimpah ini banyak dikirim ke Muncar, Surabaya dan Jakarta. Lebih top lagi, Pantai Puger mempunyai komoditi yang dikenal sampai manca negara yaitu trasi. Trasi Puger tidak hanya dikenal masyarakat lokal, tetapi dicari wisatawan mancanegara terutama yang pernah merasakannya atau pernah datang ke tempat ini.

TPI Puger dilengkapi dermaga yang menjorok ke tengah Sungai Bedadung. Di dermaga inilah hasil laut didaratkan. Dan dari sini pulalah pengunjung Pantai Puger dapat melakukan transaksi membeli ikan segar yang masih baru diturunkan dari perahu nelayan dengan harga yang relatip lebih murah. Atau naik perahu menyusuri Sungai Bedadung menuju plawangan, Pancer dan Kucur.

Untuk sampai ke kota kecamatan Puger, pengunjung yang datang dari arah Surabaya atau Probolinggo belok kanan sebelum masuk kota Rambipuji. Atau sekitar 13 kilometer sebelum masuk kota Jember. Dari pertigaan ini akan dilewati kota kecil Balung dan Kasiyan. Jarak tempuh dari Rambipuji ke Puger sekitar 23 kilometer.

Bagi yang menggunakan kendaraan umum, di terminal Tawang Alun Jember sudah ada mini bus langsung ke Jember. Hanya saja dari terminal Puger, perjalanan dilanjutkan dengan transportasi lokal becak atau dokar.

ORANG PAJAK YANG BERSAHAJA


oleh : pakde bagio

Sosok yang satu ini tetap bersahaja walaupun usianya mulai uzur. Itulah Soedardjan yang usianya menjelang 75 tahun. Rumah tinggalnya di Perumahan BTN, Patrang, tipe 21 yang sedikit dikembangkan untuk ruang tamu. Tetapi masih kelihatan bentuk aslinya yang hanya dua kamar. Padahal Soedardjan adalah mantan Kaur Tata Usaha & Personalia Kantor Pelayanan Pajak Jember. Pangkat terakhir saat pensiun tahun 1991 adalah III/a. Sama pangkatnya dengan Gayus Tambunan yang mempunyai kekayaan melimpah dan simpanan Rp. 28 milyar.

Menurut Soedardjan, setiap insan perpajakan mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk mengabdi dan melakukan penyelewengan. Tinggal manusianya saja, mau mengabdi apa mau korupsi, katanya saat ditemui Minggu (18/4) di kediamannya yang serba sederhana. “Saya ingat pesan nenek saat berangkat kerja hari pertama”, kata Soedardjan. Saiki jaman edan, ora usah melu edan, ben slamet.

Sejak dulu pegawai pajak sudah mendapat remunerasi, tunjangan khusus. Besarnya juga sudah luar biasa, kata Dardjan lagi. Bahkan dia pernah merasakan tunjangan khususnya sembilan kali gaji pokok. Sebenarnya gaji itu sudah cukup, tinggal manusianya saja terkadang masih merasa kurang, tutur pensiunan yang dua kali jadi Pegawai Teladan itu.
Tunjangan khusus yang nilainya besar itu adalah penghargaan bagi para pegawai pajak yang harus mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk memenuhi APBN. Juga merupakan insentif agar mereka bekerja lebih keras lagi untuk membiayai Negara dalam pembangunan dan kesejahteraan rakyat.

Bapak 7 anak dengan 14 cucu dan 3 cicit ini bergabung dengan dinas pajak bermodalkan ijazah Sekolah Rakyat. Seiring dengan kemajuan jaman, dia melanjutkan pendidikannya sampai KPAA. Karirnya dimulai di Kediri tahun 1953, kemudian setelah diangkat jadi PNS dipindah ke Ponorogo, Pacitan, Madiun dan Jember. Berbagai tugas yang pernah dilakoninya mulai dari petugas dinas luar, pengawasan sampai personalia.

Dardjan memang tidak pernah luput mengamati dunia perpajakan sejak pensiun. Baik melalui televisi, radio maupun koran. Koran yang dia baca adalah koran bekas pemberian tetangganya yang di kliping, sebagai salah satu kesibukannya. Dia juga mengamati kasus Gayus Tambunan dan lainnya. “Saya prihatin sekali melihat orang muda seperti itu. Kasihan sekali. Dia membunuh masa depannya sendiri”, kata Dardjan lagi.

“Gayus Tambunan salah, teman-temannya salah, pimpinannya juga salah, maka mereka harus ditindak sesuai hukum”, katanya ketus. Atas kejujuran dan ketekunannya melaksanakan tugas, Soedardjan mendapat Piagam Penghargaan dari Menteri Keuangan dan Satya Lancana Karya Satya Kelas III dari Presiden Soeharto.

manfaat "nongko londho"


oleh : pakde bagio

Tak banyak orang tahu kalau buah yang satu ini punya manfaat banyak untuk prnyembuhan berbagai penyakit. Padahal pohon ini tumbuh dimana-mana dan bisa hidup dalam berbagai cuaca dan lahan segersang apapun. Namanya sederhana, sirsat atau sirsak berasal dari kata zuurzak (bahasa Belanda). Karenanya dikenal juga dengan nama nangka landa atau nongko londo (Jawa), karena yang membawa ke Indonesia adalah penjajah Belanda.

Kantung asam.
Berbagai manfaat sirsak untuk terapi antara lain pengobatan batu empedu, antisembelit, asam urat dan meningkatkan nafsu makan. Dengan mengkonsumsi buah sirsak dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan memperlambat proses penuaan (sebagai obat agar awet muda). Selain itu, kandungan seratnya juga berfungsi untuk memperlancar pencernaan, terutama untuk pengobatan sembelit. Sari buah sirsak di dalam sistem pencernaan akan meningkatkan rangsangan nafsu makan. Kegunaan lain dari sari buah ini adalah untuk pengobatan pinggang pegal dan nyeri, penyakit kandung air seni dan wasir (ambeien).

Selain menyembuhkan kanker, buah sirsak juga berfungsi sebagai anti bakteri, anti jamur (fungi), melawan berbagai jenis parasit dan cacing, menurunkan tekanan darah tinggi, depresi, stres, dan menormalkan kembali sistem syaraf yang kurang baik.

Ketika para pakar riset dari Health Sciences Institute mendengar berita keajaiban buah sirsak, mereka mulai melakukan riset. Hasilnya sangat mengejutkan. Graviola terbukti sebagai pohon pembunuh sel kanker yang efektif. Khasiat dan keajaiban buah sirsak sebenarnya sejak lama diketahui oleh para peneliti di The National Cancer Institute (NCI). Maka itu, NCI memulai riset ilmiahnya pada tahun 1976. Hasilnya membuktikan bahwa daun dan batang kayu buah sirsak mampu menyerang dan menghancurkan sel-sel berbahaya kanker.

Sirsak, nangka belanda, atau durian belanda (Annona muricata L.) adalah tumbuhan berguna yang berasal dari Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Di berbagai daerah Indonesia dikenal sebagai nangka sebrang, nangka landa (Jawa), Penyebutan "belanda" dan variasinya menunjukkan bahwa sirsak didatangkan oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda ke Nusantara, yaitu pada abad ke-19..

Sirsak berupa tumbuhan atau potion yang berbatang utama berukuran kecil dan rendah. Daunnya berbentuk bulat telur agak tebal dan pada permukaan bagian atas yang halus berwarna hijau tua sedang pada bagian bawahnya mempunyai warna lebih muda. Tumbuhan ini dapat tumbuh di sembarang tempat. Tetapi untuk memperoleh hasil buah yang banyak dan besar-besar, maka yang paling baik ditanam di daerah yang tanahnya cukup mengandung air.
Di Indonesia, sirsak tumbuh dengan baik pada daerah yang mempuyai ketinggian kurang dari 1000 meter di atas permukaan laut. Buah Sirsak yang sudah masak lebih berasa asam daripada manis, oleh karena itu orang Belanda menyebutnya zuurzak yang berarti “kantung asam”.. Pengembangbiakan sirsak yang paling baik adalah melalui okulasi dan akan menghasilkan buah pada usia 4 tahunan setelah ditanam

Untuk pengobatan.
Inilah berbagai penyakit yang bias disembuhkan dengan cara mengkonsumsi sirsak. Diantaranya adalah :
Ambeien. Bahan: buah sirsak yang sudah masak. Cara membuat: diperas untuk diambil airnya sebanyak 1 gelas. Cara menggunakan : diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.

Sakit Kandung Air Seni. Bahan: buah sirsak setengah masak, gula dan garam secukupnya. Cara membuat: semua bahan tersebut dimasak dibuat kolak. Cara menggunakan : dimakan biasa, dan dilakukan secara rutin setiap hari selama 1 minggu berturut-turut.

Bayi Mencret. Bahan: buah-sirsak yang sudah masak. Cara membuat: buah sirsak diperas dan disaring untuk diambil airnya. Cara menggunakan : diminumkan pada bayi yang mencret sebanyak 2-3 sendok makan.

Anyang-anyangen (sering kecing tetapi sedikit dan terasa sakit). Bahan: sirsak setengah masak dan gula pasir secukupnya. Cara membuat: sirsak dikupas dan direbus dengan gula bersama-sama dengan air sebanyak 2 gelas. Cara menggunakan : disaring dan diminum.

Sakit Pinggang. Bahan: 20 lembar daun sirsak. Cara membuat: direbus dengan 5 gelas air sampai mendidih hingga tinggal3 gelas. Cara menggunakan : diminum 1 kali sehari 3/4 gelas.

Bisul. Bahan: daun sirsak yang masih muda secukupnya. Cara membuat: ditumbuk halus dan ditambah 1/2 sendok air, diaduk sampai merata. Cara menggunakan : ditempelkan pada bagian bisul.

SUSAH TERUS


Oleh : pakde bagio

Hidup itu memang keras, tapi tawa Miskan (66 tahun) masih selalu menghiasi wajahnya yang renta. Setiap hari, walau hujan membasahi tubuhnya atau saat panas terik menyinari sekujur badannya, dia tetap saja berjalan. Menyusuri jalanan di Perumahan Jember Permai, Kelurahan Sumbersari, Jember. Berjalan tertatih-tatih. Sambil memikul keranjang kosong, menjual jasa membersihkan selokan, atau halaman, atau taman di perumahan itu.

Lelaki tua itu namanya Miskan, tetapi lansia yang satu ini lebih dikenal dengan panggilan Pak Ri. Julukan khas warga Madura karena anak sulungnya bernama Suari. Miskan memang akrab dengan warga perumahan itu karena sejak lebih 20 tahun dia menjual jasa disana. Tubuhnya kurus kering, dibalut kulit keriput kehitaman sedang jalannya terseok-seok. Lansia ini tak pernah menolak kalau diberi makan, atau kopi panas karena memang sejak berangkat sesudah subuh dari rumahnya di Pelindu, tak pernah ngopi. Apalagi makan pagi.

“Apa yang dibuat makan”, kata Pak Ri kepada Gema Lansia saat berteduh dibawah pohon menunggu job. Dari menjual jasa dengan modal tubuhnya yang kurus itu dia membawa uang untuk makan bersama isterinya. Terkadang seharian tidak dapat uang, maka sebelum waktu sholat dhuhur dia pulang dengan gontai.

Sesekali kalau rejeki memihaknya, ada juga yang pesen “rabug”. Rabug adalah kotoran sapi untuk pupuk tanaman bunga. Harga sepikul rabug Rp. 5.000 (lima ribu rupiah). Untuk memenuhi order pupuk kandang, dia harus berjalan sekitar dua kilometer. Ada order dua pikul rabug saja Miskan sudah bahagia sekali. Bisa untuk makan bersama isterinya yang juga sudah renta.

Gladag kembar.
Miskan tinggal di Pelindu, Desa Sumber Beringin Wirolegi ini tidak pernah menerima BLT. Menurut Pak Kampung, karena ketiga anaknya sudah menerima BLT. Miskan sendiri numpang di rumah anak sulungnya yang tukang becak. Dia memang tidak pernah mengharap dapat bantuan, mungkin karena nasibnya, katanya kepada Gema Lansia. Dia cukup bahagia kalau bias makan nasi walaupun sehari cuma sekali, katanya lagi.

Hidup ini keras, kata Miskan. Sejak akil baliq, Miskan sudah bekerja di kota (Jember). Yang paling berkesan adalah ketika beberapa tahun dia ikut bekerja membangun “gladag kembar”, sebuah jembatan di kota Jember yang melintasi Sungai Bedadung. Tugasnya adalah mengangkuti batu dengan upah 7 sen sehari. Lantaran itulah Miskan mengenal kota Jember. Namun, ketika tubuhnya mulai renta, sudah sekitar 20 tahun dia tidak lagi bisa melihat kota Jember. Padahal jaraknya cuma sekitar 5 kilometer dari rumahnya.

Dia juga tidak pernah menyesal tidak bisa melihat kota Jember yang semakin maju. Terkadang dia bisa membayangkan hiruk-pikuknya kota Jember dari gemerlapnya lampu di malam hari dari rumahnya. Tetapi dia bahagia melihat kesebelas cucu dan seorang cicitnya bisa menikmati alam merdeka.

“Mudah-mudahan mereka tidak seperti saya”, kata Miskan memelas. Lansia yang terpinggirkan, masih harus mencari sesuap nasi dengan menunggu balas kasihan orang.