Oleh Pakde Bagio
Beda dengan para isteri yang lain, walaupun Yu Sri dua tahun lagi pensiun, masih menyempatkan diri masak pagi. Sebelum berangkat mengajar. Untuk suaminya yang sudah pensiun. Selain karena hobinya memasak, Yu Sri memandang, memasak itu ngirit dan lebih higienis. Sang suami juga tidak keberatan. Namun ternyata tidak mudah melayani suami Yu Sri, yang sehari-hari kegiatannya main game, face book-an, baca koran, mengisi TTS. Dikurangi waktu antar jemput Yu Sri bekerja.
Suami Yu Sri termasuk orang yang tidak rewel. Cuma cara bicaranya terkadang terdengar agak aneh setelah pensiun dan punya kesibukan main komputer dan internet. Walau demikian, setiap malam Yu Sri selalu bertanya kepada suaminya, besok pingin sayur apa. Mas Imam terkadang lama sekali menjawabnya, mikir untuk mengambil keputusan. Terkadang jawabnya, terserah. Yu Sri sering bingung. Tetapi usai Sholat Tahajud, Yu Sri pasti menemukan jawabnya. Dan sesudah subuh, dia sudah belanja ke wlijo yang menghampiri rumahnya.
Begitu Mas Imam makan pagi, sebelum mengantar Yu Sri, mulailah ujian bagi sang isteri. Buk, koq masak pecel labu siem, tanya Mas Imam. Dijawab isterinya, iya pak, labunya kan empuk. Buk, kamu tahu kan, kalau kacangnya bumbu pecel membuat lansia mengidap asam urat dan kolesterol. Kalau terus-terusan makan pecel, aku kan bisa semper, kata suaminya.
Besoknya Yu Siti tidak masak pecel, karena takut suaminya terkena asam urat dan kolesterol. Dia masak oseng-oseng labu siem dan kacang tolo. Mas Imam mengomentari masakan isterinya. Kalau labu siemnya bagus, tapi kalau ditumis, minyaknya bisa menimbun kolesterol jahat, kata sang suami. Lha, kalau gorengan terus, lama-lama pembuluh darah kan dipenuhi kolesterol jahat. Akibatnya sakit jantung, kata Mas Imam sok pinter. Sang isteri bingung lagi.
Nah, kalau begitu besok pagi masak sop, ya pak. Usul sang isteri. Apa jawab Mas Imam. Bagus buk, kentangnya empuk, tapi wortelnya kan keras. Gigi palsuku kan nggak bisa untuk menggigit makanan keras. Jangan-jangan gigiku tertelan, wortelnya yang tertinggal di mulut. Lagian, aku tidak sakit mata, koq diberi wortel. Wortel memang mengandung vitamin D, khasiatnya untuk menyehatkan mata. Sang isteri bingung lagi.
Tetapi karena cinta Yu Sri memang setengah mati kepada suaminya, menjelang tidur malam selalu ditanyakan besok dimasakkan lauk apa. Seperti malam minggu kemarin. Rawon nggak mau karena mengandung lemak. Tahu bumbu nggak mau karena tahunya mengandung cuka yang menyebabkan rematik. Urap-urap tidak juga mau karena parutan kelapanya nylilit di gigi. Tumis kangkung tidak mau juga karena menyebabkan ngantukan. Nasi goreng ditolak, karena menyebabkan ngantuk. Botok simbukan tidak juga mau karena bisa ngentutan.
Setelah dead lock alias menemukan jalan buntu, akhirnya ada kesepakatan baru. Untuk makan pagi sang suami, segala macam bahan lauk disiapkan di kulkas. Kalau kepingin sesuatu tinggal masak sendiri. Demi kesehatan mas Imam, pekerjaan itu dilakoni dengan senang hati. Dua, tiga, lima hari tidak ada masalah. Menjelang hari keenam mas Imam menyerah juga.
Kalau cuma memasak tidaklah sulit bagi mas Imam. Yang berat adalah ikutannya. Harus cuci piring dan peralatan dapur lainnya, menyapu, membuang sampah dan lain lain. Dan ketika energi habis, baru makan. Selera pun habis, sehingga makan jadi ogah ogahan. Maka tugas memasak untuk makan pagi dikembalikan kepada sang isteri. ”Huh, disayang bojo koq gak mau. Dasar tuwek”, kata Yu Sri. Mas Imam bisanya Cuma mengecup kening isterinya, mungkin tanda sayang juga.