Oleh : Pakde Bagio
Menelusuri rel dengan kereta api alias sepur dari Jember menuju Banyuwangi benar-benar mengasyikkan. Disepanjang perjalanan yang tampak adalah hamparan sawah menghijau, kebun kopi dan pinus membuat mata betah memandanginya. Belum lagi pemandangan lembah dan gunung yang terlalu sayang tidak diabadikan dalam foto. Pemandangan ini belum termasuk keindahan panorama saat kereta api menyusuri beberapa jembatan panjang dan dua terowongan yang membelah Gunung Gumitir.
Agar dapat merasakan indahnya alam pegunungan dan perkebunan antara Jember – Banyuwangi, disarankan naik kereta api Tawang Alun atau Probowangi. Harga tiketnya terbilang murah. Kereta Tawang Alun hanya Rp. 4.500 sedang Probowangi Rp. 10.500. Untuk sampai stasiun Banyuwangi Baru, tepatnya diseberang jalan Pelabuhan Ketapang, kereta berhenti setidaknya di 16 stasiun kecil untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Maklum kereta api ini memang kereta rakyat.
Di stasiun Garahan hampir semua penumpang membeli makan pagi atau makan siang berupa nasi pecel. Nasi pecel disini memang khas, karena dipincuk daung pisang. Makanya nasi pecel Garahan ini dikenal dengan sebutan pecel pincuk atau atau pecel Garahan. Harganya sangat terjangkau, hanya Rp. 2.500 (dua ribu lima ratus rupiah). Antara penumpang dan penjual terasa cukup interaktif sepertinya sudah ada saling pengertian, sehingga kereta yang berhenti hanya lima menit dapat melayani ratusan penumpang untuk menikmati nasi pecel. Jual beli disini tanpa basa-basi, tidak ada tawar menawar, dan dilayani kaum ibu setempat.
Dari stasiun Garahan, sensasi menembus Gunung Gumitir dimulai. Ada dua terowongan yang harus dilewati kereta api untuk sampai ke Banyuwangi. Pertama terowongan Garahan dengan panjang 90 m yang selesai dibangun pada tahun 1902. Yang kedua adalah terowongan Mrawan dengan panjang 980 m diselesaikan pembangunnya pada tahun 1910. Yang terakhir adalah terowongan kereta api terpanjang di Indonesia. Kedua terowongan ini merupakan peninggalan Kolonial Belanda.
Sensasi berkereta api antara Jember – Banyuwangi, khususnya mulai dari stasiun Garahan yang masuk wilayah Kabupaten Jember dengan stasiun Kalibaru yang masuk wilayah Kabupaten Banyuwangi ternyata tidak cukup dengan kedua terowongan itu. Masih ada sensasi lain yakni tikungan dan jembatan yang curam.
Dari Stasiun Garahan sampai dengan Stasiun Kalibaru terdapat 11 jembatan dengan kedalaman yang curam. Salah satu jembatan terpanjang, memiliki panjang kurang lebih 178 m dengan kedalaman 63 m. Jembatan-jembatan tersebut merupakan hasil rancang bangun arsitek Belanda.
Kalau mau lebih spesial lagi, masih ada wisata lain. Selain menikmati keunikan terowongan Garahan dan Mrawan saja dapat pula dinikmati keindahan dengan kereta khusus, yakni lori. Wisatawan dapat menikmati agrowisata Gunung Gumitir yang merupakan perkebunan kopi dan coklat, serta agrowisata hutan pinus yang getah pinusnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan cat.
Naik kereta api murah Tawang Alun atau Probowangi, penulis terkesan dengan 17 stasiun kecil yang bersih serta kereta yang bersih pula. Bahkan tidak seperti kereta lain, di kedua rangkaian kereta ini tidak ditemukan pengamen, peminta-minta atau tukang copet. Makanan kecil yang dijajakan relatif murah, karena kereta ini memang kereta rakyat.
Penulis hari Minggu (19/12) bersama warga se RT mencoba naik KA Probowangi dari Jember – Banyuwangi pulang pergi. Kesempatan satu jam untuk balik ke Jember di stasiun Banyuwangi Baru dimanfaatkan melihat Pelabuhan Ketapang yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Bali (Gilimanuk). Barangkali wisata murah meriah ini dapat dimanfaatkan pada liburan Natal dan tahun baru 2011.
0 komentar:
Posting Komentar