Oleh : Pakde Bagio
Beberapa hari lagi kita memasuki tahun baru 2011. Kata para pemimpi, di prediksi tahun 2011 masih ada bencana, banyak pemimpin meninggal dunia, situasi ekonomi masih sulit dan semakin banyak orang bingung. Saya tidak faham ramalan itu, tetapi saya merasakan denyut keresahan yang dirasakan masyarakat kecil. Terutama yang ada di daerah.
Saya juga merasakan kebingungan para pembesar kita di Jakarta menghadapi tahun baru nanti. Bukan masalah apa yang harus dikerjakan selama setahun, tetapi masalah pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Januari 2011 dalam rangka menghemat APBN .
Sejak beberapa bulan lalu telah disodorkan pola pengurangan subsidi BBM (baca : kenaikan harga BBM). Konsep awalnya, distribusi bagi kendaraan plat hitam dikurangi. Yang masih di subsidi adalah kendaraan plat kuning, plat merah dan kendaraan TNI dan Polri.
Konsep berikutnya, penghapusan subsidi BBM bagi keluaran tahun 2005 ke atas. Artinya kendaraan tahun 2005 ke atas tidak diperbolehkan lagi memakan bensin seharga Rp 4.500/liter. Sebagai gantinya mereka diminta mengganti dengan pertamax yang harganya lebih mahal. Untuk memantaunya ada rencana Pertamina menerbitkan kartu kendali bagi para pengantre SPBU (pom bensin).
Menurut Menko Kesra Hatta Radjasa, kebijakan subsidi dilakukan dengan dua pendekatan, yakni berkeadilan berupa perlindungan rakyat yang tidak mampu dan ketersediaan anggaran. "Pemerintah bisa saja menutup kebutuhan subsidi dengan anggaran yang ada, tapi instrumen keadilannya terabaikan," katanya. Ia menambahkan, kebijakan pembatasan selalu memiliki risiko, tetapi harus dilakukan demi sesuatu yang lebih baik. Diharapkan hal ini tidak berisiko pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Sementara pemerintah tengah mengkaji cara terbaik untuk mengurangi subsidi BBM, masyarakat terlanjur resah. Pemerintah menganjurkan agar kendaraan angkutan barang dan penumpang mengganti plat hitam menjadi plat kuning agar masih mendapat jatah BBM bersubsidi. Benarkah itu ?
Coba kita tengok di daerah. Ternyata angkutan barang dan penumpang tidak semua kendaraan bermotor roda empat. Akankah mereka diharuskan menggunakan pertamax yang harganya lebih mahal ?. Walaupun kata Hatta Radjasa kemungkinan kebijakan BBM bersubsidi akan dilaksanakan Maret 2011, tetap saja keresahan masih menjadi milik masyarakat kecil.
Marsudin, pengojek dari Arjasa, Jember menyatakan kekecewaannya karena pemerintah tidak mempedulikan kesulitan masyarakat kecil. Tukang sayur dari Sumbersari, Jember, Tosa pasrah saja. Dia katakan kalau BBM naik pasti barang dagangan juga akan naik, jualnyapun juga harus naik. Dampaknya Tosa butuh modal lebih banyak lagi dengan risiko yang belanja akan menurun karena perekonomian juga akan kurang baik.
Mbak Siti pedagang jajanan kecil untuk murid SD di Kecamatan Balung, Jember lebih prihatin lagi. Karena dagangannya berkisar 250 sampai 500 rupiah saja. Tentunya kalau BBM naik, akan sulit mencari dagangan yang untungnya rata-rata hanya 50 rupiah. ”Padahal alat transport saya cuma sepeda motor ini”, katanya. Mosok sepeda motor di plat kuning !
0 komentar:
Posting Komentar