Oleh : Pakde Bagio
Amir baru saja menyelesaikan Ujian Nasional 2011. Dalam pengumuman yang dikeluarkan Senin (16/5) dia bersama sejumlah temannya lulus. Artinya, kalau orang tuanya punya uang dia akan melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi. Banyak program studi yang ditawarkan. Amir tinggal memilih program studi yang diminatinya dan sesuai bakat serta kemampuan akademisnya.
Saat Unas baru selesai, Amir tutup buku. Dia bisa istirahat belajar. Suatu malam ayahnya yang pensiunan PNS bilang padanya. “Mir, kalau kamu kuliah maka dua adikmu tidak bisa sekolah”, kata sang Bapak yang kini hanya mengandalkan uang pensiun untuk makan sehari-hari. Ibunya hanya membuat kue pesanan tetangga. Seorang adiknya perempuan klas III SMP, seorang lagi perempuan akan masuk SMP. Keduanya pasti sama-sama membutuhkan uang bangku, uang gedung, daftar ulang, seragam dan tetek bengek lainnya. Artinya, untuk adiknya saja kedua orang tuanya harus menyediakan uang cukup banyak.
Amir tidak bisa menjawab. Dia hanya membayangkan, kedua adiknya bersekolah dan dia sendiri tinggal di rumah. Mungkin dia bisa mengantar kue pesanan buatan ibunya. Setelah itu, dia akan berlama-lama tinggal di rumah tanpa belajar dan tanpa bekerja. Secara tidak langsung di memperoleh predikat penganggur. Menambah satu angka dari angka pengangguran di negeri tercinta ini yang awal 2011 tercatat 9.25 juta.
Angka itu menurut koran yang dibacanya, merupakan 6,8 persen penduduk. Dari 9,25 juta penganggur itu yang lulusan SMA sebanyak 12,17 persen sama dengan 1,26 juta orang. Lantas Amir berfikir, lulusan SMA sebanyak itu akan bekerja dimana dan bisa apa. Kalau mau berwirausaha, wirausaha macam apa yang bisa dilakukan dan modalnya darimana. Pertanyaan yang susah dijawab oleh Pak RT atau oleh mas Prio yang sarjana dan sampai saat ini pekerjaannya hanya membuat surat lamaran kerja saja.
Amir jadi teringat dengan anak tetangga bapaknya. Namanya mas Andi, nasibnya dulu nyaris sama dengan Amir. Andi hanya ingin masuk Diploma 1 karena bapaknya pensiun. Dia melanjutkan ke Diploma Perhotelan jurusan kitchen yang kelak mencetaknya jadi Chef atau juru masak, alias koki. Selama kuliah satu semester dia juga mendalami berbagai bahasa dan magang di hotel dan perusahaan catering.
Karena semangat dan ketekunan yang luar biasa Andi berhasil. Mula-mula jadi koki di kapal penumpang jurusan Surabaya – Balikpapan, kemudian menjadi koki di Hotel Mercure (Kuta) dan menjadi First Cock di Mr. Baso (Denpasar). Karena penguasaan bahasa dan ketrampilannya memasaknya bagus akhirnya diterima bekerja di Restoran Perancis Le Pain Qouitidien Dubai (UEA). Kini dia melanglang-buana Amerika dan Eropa dengan kapal pesiar Liberty of the Seas milik Royal Caribbean International (Amerika).
Amir merenung, ternyata mas Andi yang hanya SMA plus Diploma 1 bisa sukses bahkan bisa keliling dunia. Kalau ditarik garis lurus ke belakang ternyata Andi sama dengan teman-teman lainnya. Y sekolah, ya bermain. Sejak duduk di bangku SMA Andi tekun mendalami bahasa, komputer disamping berolah raga basket dan breakdance. Ternyata hal inilah yang mendukung karir selanjutnya.
Dalam merenung ternyata Amir menyimpulkan lamunannya. Pertama, setiap siswa ketika berada di bangku SMA harus bekerja keras dengan memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Tidak hanya menuntut ilmu dari sekolah saja, melainkan juga harus mendalami ilmu dan pengetahuan terutama yang erat hubungannya dengan bakat, kemampuan dan cita-citanya. Kedua, orang tua selain selalu memberikan perlindungan dan membantu mengarahkan anak-anaknya, hendaknya menjadi panutan dan sumber inspirasi.
Yang paling penting tidak mudah putus asa. Tidak usah harus S1 untuk menghadapi masa depan, apalagi berasal dari keluarga pas-pasan. Walaupun basis keilmuan hanya berasal dari Diploma 1 kalau memang ditekuni dan bersungguh-sungguh bisa menghasilkan sesuatu yang tak terduga.