ROTI YANG BISA NGENTUT

oleh : imam soebagio

Sebegitu sayangnya Badrus kepada cucu tunggalnya, sehingga setiap sore dia pasti mengajak cucunya jalan-jalan. Menaiki ngeng-ngeng (nama sepeda motor menurut bahasa cucunya) keliling alun-alun. Sampai di alun-alun, sang cucu selalu minta dibelikan roti. Tetapi, roti yang dibeli harus selalu model dan rasa lain. Inilah yang membuat Badrus bingung setiap sore melayani cucu kesayangannya.

Sudah puluhan model dan rasa roti yang setiap sore dibelinya. Mulai roti unyil, roti kacang, roti pisang, roti kismis, roti keju, roti kering sampai tawar dan roti sisir beraroma vanila. Tadinya, Badrus setuju saja setiap sore sang cucu ganti roti. Tetapi akhirnya sang kakek bisa mangkel juga. Sebab roti yang tadinya harganya seribu dua ribu, kini malah sampai enam belas ribu. Ini artinya jatah rokok Badrus semakin berkurang.

Jum’at sore pekan lalu, ketika diajak keliling kota naik ngeng-ngeng, sang cucu rewel sambil meronta-ronta. Pasalnya dia tidak mau dibelikan roti roti yang pernah dia makan. Badrus kehilangan akal, sambil memperhatikan lalu lalang sepeda motor yang melintas di depannya. Tiba-tiba Badrus menemukan inspirasi. Kepada sang cucu Badrus bertanya, Gil kamu mau roti yang bisa ngentut ? Ragil mengangguk.

Diangkatnya Ragil, dinaikkannnya keatas tangki negeng-ngeng-nya kemudian dia stater sepeda motornya.

• Mana rotinya, tanya sang cucu si Ragil.

• Itu di depan, jawab Badrus.

• Mana, kung ?

• Itu naik sepeda motor.

• Yang mana, kung ?

• Itu, yang digonceng sepeda motor di depan kita.

• Mana, kung, tanya sang cucu tak sabar.

• Itu, yang pakai celana hitam. Yang besar itu.

• Ah, Akung itu bukan roti. Itu bokong.

• Ya, iyalah. Kalau dulu namanya bokong. Sekarang namany roti. Roti yang bisa ngentut.

Keesokan harinya ketika Ragil hendak berangkat sekolah bilang kepada neneknya. Ti, Ragil nggak mau makan roti lagi. Tadi malam waktu tidur, Ragil tidak bisa bernafas, mimpi mabuk makan roti besar yang bisa ngentut.

Badrus menarik nafas panjang. Alhamdulilah, serunya. Mulai sore nanti uang rokokku tidak berkurang lagi untuk roti cucunya. Ternyata ibu-ibu gemuk yang suka mengenakan celana ketat saat gonceng sepeda motor menjadi obat mujarab cucunya. Karena rotinya yang besar dan bisa ngentut membuat cucunya takut makan roti.

SENAM DIMENSIA


oleh : Imam Soebagio

Pengertian :
Gerakan crossing the midline fisik dan mental untuk menstimulasi hemisfer kanan agar dapat bekerja seimbang dengan hemisfer kiri.


Tujuan :
1. Memelihara fungsi mental yang normal pada lansia.
2. Meningkatkan Usia Harapan Hidup.
3. Memperlambat kemunduran kognitif pada lansia.
4. Meningkatkan fungsi otak : kewaspadaan, pemusatan perhatian, daya ingat dan fungsi eksekutif (pada lansia dan dewasa).

Prosedur :
1. Persiapan (sebelum latihan gerak dan latih otak, klien harus serius berlatih; minum air yang cukup sebelum, sedang, sesudah latihan; selama latihan tidak menahan nafas saat otot berkonstraksi dan menarik nafas pada saat otot rileks).
2. Peralatan (tidak memerlukan alat-alat khusus; hanya sebuah kursi untuk latihan posisi duduk; dan berdera kecil berwarna hijau, merah dan putih).
3. Lingkungan (tempat latihan dalam ruang bebas bergerak; suasanna membuat nyaman klien).

Pelaksanaan :
1. Peregangan (terdiri dari 11 jurus).
2. Pemanasan (terdiri dari 8 jurus).
3. Latihan inti (terdiri dari 14 jurus).
4. Penutup (menarik nafas).

Evaluasi :

Respon subyektif :
1. Klien mengatakan sekarang sudah agar berkurang pelupanya.
2. Klien mengatakan sudah dapat berkonsentrasi dengan baik setelah melakukan latihan.
3. Klien mengatakan lebih dapat mengontrol emosinya.
4. Klien mengatakan lebih merasa kehidupannya lebih baik pada saat ini.

Respon subyektif :
1. Klien lebih mampu mengingat kejadian jangka waktu lama, sedang dan pendek.
2. Klien mampu berkonsentrasi dengan baik.
3. Klien tidak mudah beralih.
4. Klien terlihat lebih termotivasi dalam melakukan sesuatu.
5. Klien terlihat lebih bersemangat dalam melakukan sesuatu.


MEMBUAT NUGGET & CIRENG


oleh : Imam Soebagio

Upaya untuk mensejahteraan lansia melalui kegiatan kewirausahaan terus menerus dilakukan oleh Perwakilan Yayasan Gerontologi Abiyoso Kabupaten Jember. Hal ini dimaksudkan agar para lansia memiliki ketrampian wirausaha agar mampu mandiri. Paling tidak, untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri dan tidak tergantung kepada orang lain. Hal ini dikemukakan Ketua Perwakilan YGA Kabupaten Jember H. Giman Supriatno ketika membuka Diklat Kewirausahaan, 30 Nopember 2009.

Diklat Kewirausahaan tersebut dilaksanakan atas kerjasama Perwakilan YGA Kabupaten Jmber dengan Dinas Sosial Kabupaten Jember. Tema kali ini yang diambil adalah wirausaha nugget dan cireng. Sedianya peserta dibatasi 50 lansia, namun saat pelaksanaan pesertanya tercatat 110 lansia wakil Karang Werda yang datang dari berbagai pelosok Jember.

Membuat Cireng.
Cireng atau dapat disebut juga dengan Aci Goreng merupakan makanan ringan khas Sunda. Menurut bahasa Sunda, aci berarti kanji. Aci goreng berarti kanji yang digoreng. Cireng termasuk ke dalam makanan strata menengah - kebawah.

Menurut Erna Widayanti BW, pelatih pembuat makanan ini, cireng dapat dibentuk bermacam-macam dengan berbagai variasi isi. Ada isi sambel pecel, kedelai atau tauco. Biasanya dijual untuk konsumsi murid-murid sekolah, karena harganya yang murah dan terjangkau..

Makanan ini cukup terkenal sejak era 80-an di Bandung dan sekitarnya. Tidak hanya disukai anak-anak, namun juga layak disantap keluarga terutama pada sore hari. Menemani kopi atau teh hangat. Bahkan kini ada beberapa pengusaha yang memperdagangkannya secara fabrikan.

Bahan Cireng :
400 gram tepung kanji
secukupnya garam
secukupnya merica bubuk
secukupnya bawang putih yg dihaluskan dan ditumis sebentar
secukupnya seledri cincang dan bawang daun cincang
secukupnya bumbu pecel
Bumbu masak Masako 1 bungkus
200ml air panas

Cara membuat:
  • Campur tepung kanji dengan garam, merica, bawang putih bubuk, daun seledri dan daun bawang hingga rata.
  • Tuang air panas sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga adonan bisa dipulung dan dibentuk.
  • Lebih enak lagi kalau diberi isi, seperti sambel pecel, kedelai atau tauco.
  • Goreng hingga kecoklatan dengan api sedang.

Membuat nugget.

Sedangkan nugget menurut pelatihnya, Imam Soebagio, adalah lauk yang sarat vitamin dan gizi. Dibuat dari bahan daging sapi, daging ayam atau ikan laut. Bahannya mudah didapat di sekitar kita dan cara penjualannya juga tidak sulit karena penggemarnya juga sudah banyak. Bagi balita yang susah makan, maka nugget akan membantu para ibu untuk menyuapinya.

Demikian juga bagi para lansia yang sudah mengalami gangguan pada gigi, nugget merupakan lauk yang cukup bagus dan tidak keras untuk disantap.

Bahan nugget :
Daging ayam 500 gram dicacah
Tepung roti/panir satu cangkir
Bumbu masak Masako 2 bungkus
Telor ayam 2 butir
Buah pala sebear kedelai (diuleg) beri air sedikit
Garam setengah sdt
Mrica ¼ sdt
Bawang putih 4 siun
Air setengah gelas (100 ml)
Tambahan : 1 telor dan panir untuk celupan akhir.

Cara membuat :
  • Masukkan cacahan daging ayam dan bumbu dalam blender. Blender bahan jangan sampai terlalu halus halus.
  • Hasilnya tuang dalam baskom, campurkan tepung roti dan air. Ukur tingkat kelemasannya, jangan terlalu lembek/cair atau terlalu kaku.
  • Masukkan dalam plastik (sesuai selera). Kukus sampai matang (25 menit). Angkat, dinginkan.
  • Iris sesuai selera. Masukkan dalam tepung roti, celupkan dalam kocokan telur, masukkan lagi dalam tepung roti/panir. Kemudin kukus selama 10 menit.
  • Dinginkan. Goreng.

    Menguntungkan.
    Kedua jenis makanan yang sangat digemari masyarakat ini sangat bagus untuk dikerjakan para lansia untuk dijual, karena prospeknya bagus. Keuntungannyapun sedikitnya dua kali lipat. Misalnya satu resep nugget membutuhkan modal Rp. 22.500 dan kalau dijual sedikitnya laku Rp. 40.000. Jadi setiap satu resep akan diperoleh keuntungan Rp. 17.500. Sedangkan untuk pembuatan satu resep cireng diperlukan modal Rp. 10.000 yang kalau dijual akan mendapat penghasilan Rp. 10.000 juga.

    Mari kita coba. Mari kita berwirausaha.