Oleh : Imam Soebagio
Saya senantiasa ingat sebuah pepatah dari sono, bunyinya All beginning are difficult. Semua permulaan adalah sukar. Di dunia wirausaha juga begitu. Saat seseorang hendak memulai berwirausaha, maka sejumlah hantu menghadangnya. Ada yang dihantui kerugian besar manakala usahanya tidak berhasil. Atau persaingan yang semakin tajam. Belum lagi masalah modal usaha dan komoditi (barang dagangan) yang hendak digelutinya.
Adalah Handito Hadi Joewono, wirausahawan muda yang sukses, memberi semangat. Menurutnya, modal bukan merupakan faktor utama dalam menjalankan wirausaha. Baginya, modal bukan hanya uang, tetapi juga keuletan, kerja keras dan intuisi yang baik. Dengan intuisi baik, seseorang akan dapat memilah pasar secara cermat untuk meminimalkan risiko.
“Tidak harus ahli, tetapi harus memahami segala hal mengenai wirausaha yang digelutinya”, kata Handito yang juga Ketua Komite Tetap Bidang Pengembangan dan Pemasaran Produk KADIN Indonesia. Oleh karena itu disarankan, bagi yang baru pertama kali mencoba berwirausaha, agar lebih aman, cari yang pasarnya sudah ada.
Benar apa yang disampaikan Handito pada sebuah talkshow dengan tema “Menaklukkan Dunia Wirausaha” di Bandung, 5 Februari 2009 lalu. Penulis adalah orang pertama di Jember yang membuka Depot Air Minum. Hampir tiga bulan sejak depot ini dibuka, tantangan, cemoohan, sinisme datang silih berganti. Padahal air baku didatangkan dari Pandaan, Pasuruan. Saat itu susah sekali memasarkan air minum isi ulang ini. Tetapi, setelah air minum isi ulang ini laku dan diterima masyarakat, maka bermunculanlah depot air minum lain.
Ada cerita lain. Setiap orang mengenal tape dan setiap orang menyukainya. Dari waktu ke waktu tape hanya dijual dengan bungkus daun pisang atau daun pohon waru. Supaya orang gedongan mau beli, maka bungkus tape kemudian diganti dengan besek.
Kini bungkus tape semakin maju. Selain dimaksudkan untuk menjaga kebersihan, juga agar menjadi lebih menarik. Ada yang dimasukkan dalam kotak yang dilengkapi garpu plastik kecil. Bahkan ada yang dikemas dalam plastik. Pada akhirnya tape masa kini tidak hanya dijual di trotoar pinggir jalan, tetapi sudah masuk mal dan super market. Para penjualnya tidak perlu menjelaskan rasa dan bagaimana cara membuat tape. Sebab dari jaman dulu sampai sekarang, tape pohung membuatnya tetap sama.
Berpikir cepat.
Sementara itu pakar motivasi dari Action Coach, Mutia Prihatini mengemukakan bahwa berwirausaha adalah seni untuk menyenangkan orang lain. Dengan kata lain, produk yang ditawarkan harus diterima oleh pasar. Nemun demikian, sebelum menyenangkan orang lain calon wirausahawan harus menyemangati diri sendiri. “Jadi, wirausaha yang digeluti harus menyenangkan diri sendiri. Jangan jadi beban, tetapi justru menjadi motivator”, tuturnya.
Mutia menambahkan, dalam wirausaha yang digeluti hendaknya bisa memberi makan bagi diri sendiri, keluarga maupun orang lain. Dia mencontohkan filosofi wirausaha diibaratkan seperti memberi makan ayam. Ayam makannya sedikit-sedikit, nutul-nutul tiap hari. Seperti halnya wirausaha, untung sedikit tidak masalah. Yang penting bisa untuk makan sehari-hari.
Memulai wirausaha menurutnya, juga tidak harus mencari pasar terlalu lama. Kebanyakan orang terlalu banyak pertimbangan yang berat. Bikin semuanya simple atau sederhana. “Bertindak cepat, jangan banyak pertimbangan”, tandasnya. Sebab melakukan wirausaha bukan mencari suami atau isteri yang harus dilihat bibit, bobot, bebet-nya.
Adalah Handito Hadi Joewono, wirausahawan muda yang sukses, memberi semangat. Menurutnya, modal bukan merupakan faktor utama dalam menjalankan wirausaha. Baginya, modal bukan hanya uang, tetapi juga keuletan, kerja keras dan intuisi yang baik. Dengan intuisi baik, seseorang akan dapat memilah pasar secara cermat untuk meminimalkan risiko.
“Tidak harus ahli, tetapi harus memahami segala hal mengenai wirausaha yang digelutinya”, kata Handito yang juga Ketua Komite Tetap Bidang Pengembangan dan Pemasaran Produk KADIN Indonesia. Oleh karena itu disarankan, bagi yang baru pertama kali mencoba berwirausaha, agar lebih aman, cari yang pasarnya sudah ada.
Benar apa yang disampaikan Handito pada sebuah talkshow dengan tema “Menaklukkan Dunia Wirausaha” di Bandung, 5 Februari 2009 lalu. Penulis adalah orang pertama di Jember yang membuka Depot Air Minum. Hampir tiga bulan sejak depot ini dibuka, tantangan, cemoohan, sinisme datang silih berganti. Padahal air baku didatangkan dari Pandaan, Pasuruan. Saat itu susah sekali memasarkan air minum isi ulang ini. Tetapi, setelah air minum isi ulang ini laku dan diterima masyarakat, maka bermunculanlah depot air minum lain.
Ada cerita lain. Setiap orang mengenal tape dan setiap orang menyukainya. Dari waktu ke waktu tape hanya dijual dengan bungkus daun pisang atau daun pohon waru. Supaya orang gedongan mau beli, maka bungkus tape kemudian diganti dengan besek.
Kini bungkus tape semakin maju. Selain dimaksudkan untuk menjaga kebersihan, juga agar menjadi lebih menarik. Ada yang dimasukkan dalam kotak yang dilengkapi garpu plastik kecil. Bahkan ada yang dikemas dalam plastik. Pada akhirnya tape masa kini tidak hanya dijual di trotoar pinggir jalan, tetapi sudah masuk mal dan super market. Para penjualnya tidak perlu menjelaskan rasa dan bagaimana cara membuat tape. Sebab dari jaman dulu sampai sekarang, tape pohung membuatnya tetap sama.
Berpikir cepat.
Sementara itu pakar motivasi dari Action Coach, Mutia Prihatini mengemukakan bahwa berwirausaha adalah seni untuk menyenangkan orang lain. Dengan kata lain, produk yang ditawarkan harus diterima oleh pasar. Nemun demikian, sebelum menyenangkan orang lain calon wirausahawan harus menyemangati diri sendiri. “Jadi, wirausaha yang digeluti harus menyenangkan diri sendiri. Jangan jadi beban, tetapi justru menjadi motivator”, tuturnya.
Mutia menambahkan, dalam wirausaha yang digeluti hendaknya bisa memberi makan bagi diri sendiri, keluarga maupun orang lain. Dia mencontohkan filosofi wirausaha diibaratkan seperti memberi makan ayam. Ayam makannya sedikit-sedikit, nutul-nutul tiap hari. Seperti halnya wirausaha, untung sedikit tidak masalah. Yang penting bisa untuk makan sehari-hari.
Memulai wirausaha menurutnya, juga tidak harus mencari pasar terlalu lama. Kebanyakan orang terlalu banyak pertimbangan yang berat. Bikin semuanya simple atau sederhana. “Bertindak cepat, jangan banyak pertimbangan”, tandasnya. Sebab melakukan wirausaha bukan mencari suami atau isteri yang harus dilihat bibit, bobot, bebet-nya.
0 komentar:
Posting Komentar