Sebagai rasa syukur atas keberhasilan ketela pohonnya, Matsoki berniat memberikan sepikul hasil panenya kepada Kyai Ahmad. Kebetulan pak kyai ada di beranda rumahnya sambil membaca Gema Lansia kesenangannya.
- Assalamualaikum Kyai, sapa Matsoki.
- Waalaikum salam. Tumben pagi-pagi sudah sampai kesini, jawab Kyai Ahmad.
- Ini Kyai, panen saya berhasil. Ini untuk Kyai.
- Apa itu ?
- Sepikul ketela pohon, Kyai.
- Terima kasih. Taruh di belakang, ya !
Sekalian bawakan seekor kambing yang paling besar di pekarangan belakang.
Ketela pohon itupun dibawa ke dapur rumah Kyai Ahmad. Kemudian Matsoki mengambil seekor kambing betina yang besar dan dituntunnya ke depan. Diserahkannya tali kambing itu kepada Kyai Ahmad.
- Ini kyai kambingnya.
- Ya sudah bawalah pulang, seru sang Kyai..
- Kyai .................
- Kenapa ? Kamu tadi memberi saya ketela pohon. Kamu ikhlas ?
- Saya ikhlas, Kyai.
- Ya sudah. Saya juga ikhlas memberi kami kambing itu.
Walaupun kaget atas pemberian itu, kambing itupun dituntunnya pulang. Ditengah perjalanan pulang, Matsoki bertemu tetangganya Badrun. Dia bertanya dari mana kambing yang dituntunnya itu. Padahal tadi pagi Badrun tahu, Matsoki memikul ketela pohon. Maka diceritakanlah kejadian itu.
Badrun-pun berfikir. Matsoki memberi sepikul ketela pohon kepada Kyai Ahmad, pulangnya di diberi kambing betina yang gemuk. Kalau aku memberikan seekor kambing jantan kepada Kyai, pasti aku diberinya sapi gemuk. Maka Badrun-pun membawa kambing ke rumah Kyai.
- Kamu, Drun.
- Iya, Kyai.
- Ada apa drun ?
- Ini Kyai, saya dapat rejeki, saya berikan kambing ini kepada Kyai.
- Kamu ikhlas ?
- Saya ikhlas, Kyai.
- Oh, ya, terima kasih. Tolong ikat di pekarangan belakang. Saya ngantuk, saya tidur dulu, ya. Kamu bisa pulang.
Badrun bertanya dalam hati, mengapa Kyai tidak memberikan sapi kepadanya. Maka setelah mengikatkan kambingnya di belakang, Badrun kembali duduk di beranda rumah Kyai. Sampai satu jam kemudian Kyai Ahmad bangun.
- Kamu masih disini, Drun ?
- Iya, Kyai. Anu ..............
- Oh, itu. Tolong ambilkan ketela pohon sepikul di dapur.
Maka diambillah ketela pohon sepikul yang tadi diberi Matsoki. Ketela pohon itupun diberikan kepada Kyai. Kyai Ahmad-pun berucap, ”Saya ikhlas, bawalah ketela pohon itu untukmu”.
- Assalamualaikum Kyai, sapa Matsoki.
- Waalaikum salam. Tumben pagi-pagi sudah sampai kesini, jawab Kyai Ahmad.
- Ini Kyai, panen saya berhasil. Ini untuk Kyai.
- Apa itu ?
- Sepikul ketela pohon, Kyai.
- Terima kasih. Taruh di belakang, ya !
Sekalian bawakan seekor kambing yang paling besar di pekarangan belakang.
Ketela pohon itupun dibawa ke dapur rumah Kyai Ahmad. Kemudian Matsoki mengambil seekor kambing betina yang besar dan dituntunnya ke depan. Diserahkannya tali kambing itu kepada Kyai Ahmad.
- Ini kyai kambingnya.
- Ya sudah bawalah pulang, seru sang Kyai..
- Kyai .................
- Kenapa ? Kamu tadi memberi saya ketela pohon. Kamu ikhlas ?
- Saya ikhlas, Kyai.
- Ya sudah. Saya juga ikhlas memberi kami kambing itu.
Walaupun kaget atas pemberian itu, kambing itupun dituntunnya pulang. Ditengah perjalanan pulang, Matsoki bertemu tetangganya Badrun. Dia bertanya dari mana kambing yang dituntunnya itu. Padahal tadi pagi Badrun tahu, Matsoki memikul ketela pohon. Maka diceritakanlah kejadian itu.
Badrun-pun berfikir. Matsoki memberi sepikul ketela pohon kepada Kyai Ahmad, pulangnya di diberi kambing betina yang gemuk. Kalau aku memberikan seekor kambing jantan kepada Kyai, pasti aku diberinya sapi gemuk. Maka Badrun-pun membawa kambing ke rumah Kyai.
- Kamu, Drun.
- Iya, Kyai.
- Ada apa drun ?
- Ini Kyai, saya dapat rejeki, saya berikan kambing ini kepada Kyai.
- Kamu ikhlas ?
- Saya ikhlas, Kyai.
- Oh, ya, terima kasih. Tolong ikat di pekarangan belakang. Saya ngantuk, saya tidur dulu, ya. Kamu bisa pulang.
Badrun bertanya dalam hati, mengapa Kyai tidak memberikan sapi kepadanya. Maka setelah mengikatkan kambingnya di belakang, Badrun kembali duduk di beranda rumah Kyai. Sampai satu jam kemudian Kyai Ahmad bangun.
- Kamu masih disini, Drun ?
- Iya, Kyai. Anu ..............
- Oh, itu. Tolong ambilkan ketela pohon sepikul di dapur.
Maka diambillah ketela pohon sepikul yang tadi diberi Matsoki. Ketela pohon itupun diberikan kepada Kyai. Kyai Ahmad-pun berucap, ”Saya ikhlas, bawalah ketela pohon itu untukmu”.
0 komentar:
Posting Komentar