MALING TERIAK MALING


Oleh : Imam Soebagio


Ketika saya mengajar, Kamis (18/3/10), seorang mahasiswa bertanya. Apakah maling teriak maling itu benar ada ? Apakah cuma bukan jargon politik atau istilah kebanyakan saja. Saya jawab, ada, karena saya pernah melihatnya.

Pertanyaan mahasiswa itu terkait dengan santernya istilah maling teriak maling dalam media massa terkait dengan statemen Jenderal Susno Duaji. Polisi berpangkat Komjen (Komisaris Jenderal) yang menjadi semakin terkenal karena mengungkap cerita kurang sedap di tubuh institusi yang pernah membesarkannya sampai menjabat Kabareskrim.


Supaya ada kesamaan persepsi, perlu disepakati dulu siapa yang disebut maling. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua yang diterbitkan Balai Pustaka Depsikbud (1995), yang disebut maling adalah orang yang mengambil milik orang lain secara sembunyi-sembunyi. Atau pencuri (terutama yang mencuri pada malam hari).

Peristiwa yang masih saya ingat itu (unforgetable) terjadi sekitar tahun 1958-an. Saat itu saya bersama orang tua sudah pindah ke Jember, sedang nenek masih tinggal di Bondowoso. Sekitar 33 kilometer dari kota Jember di Jawa Timur. mBah Karso, nenek saya itu tinggal di Jalan Kranggan Gang Purbo. Suatu perkampungan padat penduduk dekat alun-alun kota Bondowoso.

Hampir setiap libur sekolah, saya selalu ke tempat nenek dan bermalam selama beberapa malam. Seperti saat peristiwa itu terjadi. Malam itu, ketika orang terlelap tidur dikejutkan oleh teriakan maling-maling. Semua orang dewasa dan pemuda berhamburan keluar rumah menuju tempat teriakan. Kata mereka ada maling gagal membobol rumah penduduk dan lari kearah sungai di barat kampung.

Masyarakat berlarian mengejar kearah sungai. Menurut cerita paman saya yang ikut mengejar, dari kejauhan tampak dua orang berlari kencang kearah sungai. Tidak jauh dari kedua orang itu beberapa ikut mengejarnya. Di dekat sungai, kata paman saya, salah satu dari dua orang di depan itu berteriak-teriak, “ini malingnya, ini malingnya”. Maka pendudukpun memukulinya beramai-ramai dalam kegelapan malam. Ada yang memukul dengan tangan kosong, ada yang memukulinya dengan kentes (kayu pemukul) ada juga yang memukul dengan bambu pagar.

Sang maling yang sudah tidak berkutik karena sekujur tubuhnya berlumuran darah, digotonglah dia ke dekat rumah penduduk. Setiap orang ingin tahu siapa maling itu, maka dengan penerangan obor dan sentolop (senter) wajah maling yang sudah berlumuran darah itu diseka. Betapa kagetnya penduduk ketika diketahui bahwa maling yang baru mereka keroyok adalah tokoh masyarakat setempat.

Sebelum menghembuskan nafas terakhir korban pengeroyokan itu mengatakan kalau malingnya adalah yang dia kejar di depan. Saat sang maling (yang asli) terpegang sarungnya, justru dia yang berteriak-teriak, “ini malingnya, ini malingnya”. Kontan saja para pengejar lain dalam kegelapan malam menggebukinya.

Penduduk pun penasaran. Mereka kembali ke sungai mencari sang maling. Setibanya di tepi sungai mereka dikejutkan dengan teriakan seseorang di seberang sungai. Setelah diterangi dengan senter, seseorang yang tidak dikenal mengepalkan tinjunya dan membokongi dengan memelorotkan celananya. Dia tertawa keras, hahahahahaha, kata paman. Kemudian maling itupun lari kearah persawahan dalam kegelapan malam. Gambar pelengkap tulisan ini diambil di internet seorang maling yang nyonyor digebug massa.

1 komentar:

Cara Mengobati Rheumatoid Arthritis Secara Alami mengatakan...

Assalammualaikum, terima kasih infonya.!

numpang link Cara Mengobati Rheumatoid Arthritis Secara Alami

Posting Komentar