Oleh : Imam Soebagio
Inti dari kegiatan karaoke adalah menyanyi. Nah, menyanyi inilah yang akhir-akhir ini menjadi terapi penyembuhan berbagai penyakit. Mulai penyakit saraf, tekanan darah tinggi, stres, sampai stroke. Dengan terapi menyanyi, pasien dapat mengurangi ketegangan dan bisa menggembiarakan hati.
Ada kebiasan unik masyarakat Jepang, yang tiba-tiba saja menyebar ke seluruh penjuru dunia. Apalagi setelah didukung oleh kemajuan jaman dan teknologi canggih. Kebiasaan itu adalah karaoke. Menyanyi dengan mengiringi lagu melalui tape recorder atau VCD player. Bagi masyarakat Jepang, karaoke sudah menjadi bagian dari denyut kehidupan mereka.
Selepas kerja keras, karyawan disana menghabiskan waktu untuk karaoke. Begitu pula yang dilakukan kaum ibu, remaja bahkan mahasiswa juga biasa mengunjungi tempat karaoke. Tujuannya melepas kepenatan setelah sehari suntuk bekerja keras. Kesempatan karaoke bersama mereka manfaatkan juga untuk bersosialisasi atau melakukan lobi-lobi.
Tidak banyak yang tahu kalau karaoke sebetulnya ditemukan oleh seorang dokter di Jepang untuk menterapi para pasiennya. "Dokter ini mencari cara supaya pasien-pasiennya cepat sembuh. Kebetulan ia suka mengutak-atik barang elektronik. Maka terciptalah program karaoke seperti sekarang ini," terang Dr. Hermawan Suryadi, Sp.S, dokter spesialis saraf dari Klinik Neuropsikiatri dan Revitalisasi, Jakarta. Menurutnya, pasien jantung dan stroke yang diterapi dengan karaoke ternyata lebih cepat pulih.
Dari Jepang terapi ini menyebar ke seluruh dunia. Bagian Terapi Rehabilitasi University of Iowa Health Care bahkan menyelenggarakan acara karaoke untuk pasien dan keluarganya setiap bulan. Saint Andrews Community Hospital di Singapura memberi sesi karaoke bagi pasien saraf akut sampai penyakit ortopedik.
Inti dari kegiatan karaoke adalah menyanyi. Nah, menyanyi inilah yang akhir-akhir ini menjadi terapi penyembuhan berbagai penyakit. Mulai penyakit saraf, tekanan darah tinggi, stres, sampai stroke. Dengan terapi menyanyi, pasien dapat mengurangi ketegangan dan bisa menggembiarakan hati.
Ritme internal.
Salah satu contoh yang dikemukakan oleh Kathleen Howland, Ph.D, MT-BT dari New England Conservatory of Music bagi penderita stroke. Secara fisik pasien stroke tampak kesulitan berjalan atau menggerakkan tangan, karena mereka kehilangan kemampuan fungsi kontrol terhadap anggota tubuhnya. Semua kesulitan itu bukan disebabkan oleh cedera fisik, tetapi karena ada yang rusak pada area di otak yang berfungsi mengontrol bagian tubuh. Kerusakan itu membuat otak pasien stroke kehilangan ritmik internal yang mengatur anggota gerak.
Ia berpendapat, ritme yang diperoleh dari luar tubuh (eksternal) dapat merehabilitasi pasien. Ritme eksternal ini bisa diperoleh dari mendengarkan musik atau bersenandung. Musik atau senandung ini dapat membantu otak mengenali kembali ritme internal yang ada pada otak sehingga akhirnya pasien mampu berjalan secara normal.
Ritme musik juga dapat membantu menterapi aphasia atau gangguan berbahasa. Pasien stroke kehilangan kapasitas berbicara karena daerah otak yang mengontrol bahasa rusak. Meski tidak dapat bicara, mereka masih bisa menyanyi karena daerah musik pada otak tidak rusak.
Hal itu dibenarkan oleh Dr. Hermawan. Ia mengingatkan bahwa bahasa dan nada berasal dari belahan otak yang berbeda. Belahan otak kiri adalah pusat bahasa, rasio, matematika, kemampuan baca dan tulis. Sedangkan belahan otak kanan adalah pusat intuisi dan kemampuan merasakan, memadukan dan ekspresi tubuh seperti menari, menyanyi dan melukis.
Dengan bantuan seorang terapis, pasien dengan gangguan berbahasa dapat memperbaiki kemampuan bicara melalui menyanyi. Pertama pasien belajar menyanyikan lirik dengan bantuan instrumen musik. Lagu-lagu yang dinyanyikan berirama tidak terlalu cepat dan syairnya pun sederhana.
Oleh karena itu Dr. Hermawan menyarankan melakukan karaoke. Karena banyak saraf yang dilibatkan. Mata menjadi aktif melihat teks lagu untuk mengeluarkan kata-kata dan irama lagu. Selain itu mata juga melihat gambar-gambar yang menarik di layar monitor karaoke. Telinga menjadi aktif karena pasien juga mendengar suaranya sendiri.
"Dengan karaoke, saraf mata diintegrasikan dengan saraf bicara. Integrasi saraf ini dikenal sebagai neuro sensory integration. Ini merupakan bagian dari pemulihan atau rehabilitasi untuk penderita stroke," jelasnya. Setelah berlatih karaoke, pasien dapat belajar bernyanyi tanpa bantuan irama musik.
Dr. Hermawan mengamati bahwa karaoke membuat pasien lebih gembira, tenang dan percaya diri, sehingga bermanfaat untuk mendorong motivasinya agar lebih cepat sembuh. Sewaktu berkaraoke pasien berkumpul untuk menyanyi, sehingga mereka secara rutin bertemu dengan sesama pasien.
Buat awet muda.
Sebagai gambaran, dikemukakan oleh Dr. Hermawan bahwa syair lagu berasal dari otak kiri dan tangga nada berasal dari otak kanan. "Menyanyi berarti menggabungkan aktivitas otak bagian kiri dan kanan sehingga jembatan otak menjadi aktif. Orang yang jembatan otaknya aktif adalah pribadi yang seimbang antara kemampuan intelektual dan emosinya," jelasnya.
Sementara itu, berdasarkan pengamatan Psikolog Dra.Iesye Widodo, anak yang lahir dari ibu yang menjalani terapi menyanyi terbukti mempunyai kecerdasan yang jauh di atas rata-rata serta kecerdasan emosi yang tinggi. "Berlatih menyanyi yang baik berarti melatih pernapasan, pengucapan, artikulasi dan keselarasan nada," ucap Ussy Pieters, salah seorang pemain harpa ternama di Indonesia.
Latihan menyanyi, menurut Ussy, menggunakan pernapasan perut dan melibatkan resonansi pada otak, dada dan perut. Latihan ini bermanfaat untuk mengurangi migren dan pusing. Para lansia yang menyanyikan lagu-lagu lama akan terbawa ke dalam suasana nostalgia. Suasana ini membuat mereka merasa muda. Perasaan seperti ini akan membuat sel-sel menjadi aktif, regenerasi sel dan sistem hormon berjalan baik.
Menyikapi perlunya menyanyi sebagai terapi, Pro II FM RRI Jember menyediakan waktu satu jam untuk itu. Setiap hari pada pukul 14.00 sampai 15.00 ada mata acara yang kian hari semakin banyak penggemarnya yaitu Golden Memories. Terutama para lansia. Menurut pengasuhnya, Lucky Antoni, acara ini menyuguhkan balutan lagu-lagu oldies seperti nomor-nomoor legenda Andi Wiliams, Frank Sinatra atau Nat King Cole sambil menikmati istirahat siang.
"Rahasia awet muda adalah selalu merasa muda. Jangan pernah merasa tua. You look what you feel," kata Ussy Pieters membuka rahasia. Maka, jangan malu-malu untuk bernyanyi dan bernostalgia biar awet muda dan awet urip, tentunya. Selamat bernyanyi, sebelum bernyanyi dilarang.