Oleh : Jatin (Pensiunan PLN Jember)
Tak pernah terbayangkan, pada usianya yang mulai senja, rumah reyot yang mereka huni dipugar. Itulah sebabnya kedua janda itu sangat bersyukur sekali. Rumah keduanya dipugar oleh IKPLN (Ikatan Keluarga Pensiuan Listrik Negara). Keduanya kini tidak lagi kedinginan lantaran dinding bambu yang sudah bolong, kini menjadi dinding tembok. Bahkan ber-keramik.
Adalah Bu Siyam, 70 tahun, yang ditinggal meninggal dunia oleh suaminya enam tahun lalu. Suaminya adalah pensiunan PLN Jember yang pada masa lalu bertugas di bagian kendaraan. Buk Siyam tidak pernah membayangkan kalau rumahnya yang berdiri diatas selokan di Jalan Diponegoro gang IV Jember itu bakal direhab.
Pasalnya, uang pensiun yang dia terima hanya Rp. 400 ribu. Itupun harus dibagi untuk mencukupi kebutuhan keluarga . Walaupun keenam anaknya sudah mentas dengan 22 cucu, nenek renta ini tidak bisa tinggal diam. Dengan penghasilan yang kecil itu, dia harus membantu berjualan di warung nasi.
Namun, dia kini bernafas lega sebab rumahnya yang berukuran 7 kali 6 meter sudah berdinding tembok dan porselin. Dilengkapi dengan listrik.
Kebahagiaan Buk Siyam dirasakan juga oleh Soemiati, janda Arif yang pernah bertugas sebagi sopir di PLN Jember. Janda beranak dua dengan 4 cucu yang berusia 68 tahun ini semula sama menghuni rumah reyot di dalam kota Jember yang terletak di Jalan Kenanga 154. Kini rumah berdinding bambu itu sudah direhap dengam model baru yang tidak kalah bagusnya dengan para tetangganya.
Sebenarnya ukuran rumahnya 22 kali 12 meter, tetapi yang direhab hanya bagian depan dengan ukuran 6 kali 6 meter. “Itu sudah cukup, sebab kalau memperbaiki sendiri seumur-umur saya tidak akan mampu”, kata Soemiati. Dia juga berterima kasih sekali kepada IKPLN yang mengulurkan tangan.
Ketua IKPLN Jember Munadi, menjelaskan bahwa kedua rumah itu direhab dengan biaya masing-masing Rp. 15 juta. Kedua bangunan itu dikerjakan sendiri oleh teman-teman dan tidak diborongkan, agar hasilnya lebih optimal. Sedangan biayanya berasal dari IKPLN.
Adalah Bu Siyam, 70 tahun, yang ditinggal meninggal dunia oleh suaminya enam tahun lalu. Suaminya adalah pensiunan PLN Jember yang pada masa lalu bertugas di bagian kendaraan. Buk Siyam tidak pernah membayangkan kalau rumahnya yang berdiri diatas selokan di Jalan Diponegoro gang IV Jember itu bakal direhab.
Pasalnya, uang pensiun yang dia terima hanya Rp. 400 ribu. Itupun harus dibagi untuk mencukupi kebutuhan keluarga . Walaupun keenam anaknya sudah mentas dengan 22 cucu, nenek renta ini tidak bisa tinggal diam. Dengan penghasilan yang kecil itu, dia harus membantu berjualan di warung nasi.
Namun, dia kini bernafas lega sebab rumahnya yang berukuran 7 kali 6 meter sudah berdinding tembok dan porselin. Dilengkapi dengan listrik.
Kebahagiaan Buk Siyam dirasakan juga oleh Soemiati, janda Arif yang pernah bertugas sebagi sopir di PLN Jember. Janda beranak dua dengan 4 cucu yang berusia 68 tahun ini semula sama menghuni rumah reyot di dalam kota Jember yang terletak di Jalan Kenanga 154. Kini rumah berdinding bambu itu sudah direhap dengam model baru yang tidak kalah bagusnya dengan para tetangganya.
Sebenarnya ukuran rumahnya 22 kali 12 meter, tetapi yang direhab hanya bagian depan dengan ukuran 6 kali 6 meter. “Itu sudah cukup, sebab kalau memperbaiki sendiri seumur-umur saya tidak akan mampu”, kata Soemiati. Dia juga berterima kasih sekali kepada IKPLN yang mengulurkan tangan.
Ketua IKPLN Jember Munadi, menjelaskan bahwa kedua rumah itu direhab dengan biaya masing-masing Rp. 15 juta. Kedua bangunan itu dikerjakan sendiri oleh teman-teman dan tidak diborongkan, agar hasilnya lebih optimal. Sedangan biayanya berasal dari IKPLN.
1 komentar:
rukunseniorliving.com rumah jompo
Posting Komentar