oleh : Imam Soebagio
Kalau untuk konsumsi lokal, cukup banyak variasi makanan yang berbahan baku pohung.
Seperti luk-guluk, jemblem, lonyang, sate pohung, getuk, gatot, tiwul atau tape. Tetapi umurnya pendek.
Orang Jember hanya mengenal ketela pohon alias pohung atau cassava hanya untuk tape. Sehingga tape Jember dikenal sampai ke ibu kota. Kalau untuk konsumsi lokal, cukup banyak variasi makanan yang berbahan baku pohung. Seperti luk-guluk, jemblem, lonyang, sate pohung, getuk, gatot, tiwul atau tape. Tetapi umurnya pendek, karena tidak bisa disimpan lama. Kalau untuk jangka panjang, pohung bisa dijemur untuk gaplek. Bisa juga untuk gatot, atau untuk keripik.
Akibat kemajuan teknologi serta sentuhan kemajuan jaman, pohung kini bisa diolah lebih modern. Mulai dari Jakarta, Puncak, Bandung sampai ke Jember kini semakin banyak konter yang menjual pohung goreng dengan rasa modern. Seperti rasa keju, barbequ atau rasa lokal seperti rasa jagung muda (baby corn). Dan, ini juga merupakan peluang wirausaha yang bisa dikembangkan di kota-kota kecamatan di Jember.
Untuk memulai wirausaha ini tidak sulit. Juga tidak membutuhkan modal besar. Bahan baku ketela pohon alias pohung ada dimana-mana dan harganya sangat murah. Wirausaha nyamikan modern berbahan baku pohung ini bisa dilakukan para lansia. Namun, sangat bagus digeluti oleh kaum muda, terutama bagi pengangguran.
Cara membuatnya sederhana. Pilih ketela pohon yang baru dicabut dan masih segar. Kuliti kemudian potong sekitar 5 atau 6 senti. Belah menjadi 6 atau 8, cuci bersih. Bumbui dengan sedikit garam dan bawang putih kemudian kukus sampai setengah matang. Pada saat ada pembeli, goreng secukupnya. Setelah matang, angkat kemudian taburi tepung bumbu.
Sajikan hangat-hangat. Di Jember harga per ons Rp. 1.500 sampai Rp. 2.000. Padahal harga ketela pohon per kilo hanya Rp. 1.000. Tepung bumbu bisa beli di toko-toko roti. Tetapi hati-hati, sekarang banyak tepung bumbu dengan aneka rasa yang sudah diberi campuran bahan lain. Tepung bumbu yang sudah dicampur dengan bahan lain, antara lain bisa menyebabkan batuk, serik atau mencret
Seperti luk-guluk, jemblem, lonyang, sate pohung, getuk, gatot, tiwul atau tape. Tetapi umurnya pendek.
Orang Jember hanya mengenal ketela pohon alias pohung atau cassava hanya untuk tape. Sehingga tape Jember dikenal sampai ke ibu kota. Kalau untuk konsumsi lokal, cukup banyak variasi makanan yang berbahan baku pohung. Seperti luk-guluk, jemblem, lonyang, sate pohung, getuk, gatot, tiwul atau tape. Tetapi umurnya pendek, karena tidak bisa disimpan lama. Kalau untuk jangka panjang, pohung bisa dijemur untuk gaplek. Bisa juga untuk gatot, atau untuk keripik.
Akibat kemajuan teknologi serta sentuhan kemajuan jaman, pohung kini bisa diolah lebih modern. Mulai dari Jakarta, Puncak, Bandung sampai ke Jember kini semakin banyak konter yang menjual pohung goreng dengan rasa modern. Seperti rasa keju, barbequ atau rasa lokal seperti rasa jagung muda (baby corn). Dan, ini juga merupakan peluang wirausaha yang bisa dikembangkan di kota-kota kecamatan di Jember.
Untuk memulai wirausaha ini tidak sulit. Juga tidak membutuhkan modal besar. Bahan baku ketela pohon alias pohung ada dimana-mana dan harganya sangat murah. Wirausaha nyamikan modern berbahan baku pohung ini bisa dilakukan para lansia. Namun, sangat bagus digeluti oleh kaum muda, terutama bagi pengangguran.
Cara membuatnya sederhana. Pilih ketela pohon yang baru dicabut dan masih segar. Kuliti kemudian potong sekitar 5 atau 6 senti. Belah menjadi 6 atau 8, cuci bersih. Bumbui dengan sedikit garam dan bawang putih kemudian kukus sampai setengah matang. Pada saat ada pembeli, goreng secukupnya. Setelah matang, angkat kemudian taburi tepung bumbu.
Sajikan hangat-hangat. Di Jember harga per ons Rp. 1.500 sampai Rp. 2.000. Padahal harga ketela pohon per kilo hanya Rp. 1.000. Tepung bumbu bisa beli di toko-toko roti. Tetapi hati-hati, sekarang banyak tepung bumbu dengan aneka rasa yang sudah diberi campuran bahan lain. Tepung bumbu yang sudah dicampur dengan bahan lain, antara lain bisa menyebabkan batuk, serik atau mencret
0 komentar:
Posting Komentar