AKTIFIS LANSIA ITU TELAH TIADA



Oleh : Pakde Bagio

<!--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE
Laki-laki yang paling suka membuat dan membaca puisi dan dikenal sebagai Humas Perwakilan Yayasan Gerontologi Jember dan pengurus Forum Kerjasama Karang Werda Kabupaten Jember ini telah tiada. Berita duka datang dari UGD RSD dr. Soebandi Jember Sabtu (16/6) pada pukul 18.04. H. Sutikno, aktivis lansia yang dikenal murah senyum dan penyabar itu harus menghadap Illahi Robbi dalam usia 72 tahun.
Menurut salah seorang menantunya, almarhum Sabtu siang sekitar jam 15.00 sedang membersihkan ruang kerjanya di lantai II kediamannya di Jalan dr. Soebandi II/3 Jember. Tanpa sengaja Pak Tik, demikian panggilan sehahari-hari terperosok ke plafon sehingga jatuh terhempas ke lantai dasar rumahnya.
Sabtu sore, dalam keadaan setengah sadar Pak Tik dibawa ke UGD RSD dr. Soebandi, Patrang. Jiwanya tidak tertolong dan akhirnya meninggal jam 18.04. Banyak orang merasa kehilangan pria penyabar yang selalu membaca puisi karyanya dalam setiap pertemuan.
Almarhum meninggalkan seorang isteri (Hj. Siti Bastiah) dan empat putra dan putri serta 6 cucu. Keempat putra-putrinya adalah Ir. Eko Winarso (Jakarta), drg. Rini Dwi Astuti (Lumajang), Farida Tri Astuti, Spd (Jember) dan Noverita Wijayanti (Jember).
Almarhum yang dilahirkan di Pacitan, 7 Februari 1939 ini adalah pensiunan Kepala PN Pertani Cabang Jember. Dikenal punya kesenangan memotret dan membuat puisi. Baginya tiada hari tanpa memotret dan tiada hari tanpa membaca puisi. Begitu senangnya kepada puisi sampai-sampai beberapa waktu sebelumnya almarhum memborong karya sastra Taufik Ismail yang nilainya lebih dari 1,5 juta rupiah. Bahkan buku “Kaki Langit” menjadi menu bacaan sehari-harinya.
Minggu pagi (17/4) jenazahnya dimakamkan di TPU Tunjung, Kreyongan Jember dengan diatar ratusan pelayat yang kebanyakan para lansia.

LANSIA JEMBER BELAJAR TOGA KE BATU



Oleh : Pakde Bagio






Sejumlah lansia pengurus dan warga Karang Werda “Semeru Jaya” dan “Jember Permai I” Kelurahan Sumbersari, Jember Rabu (13/4) mengadakan kunjungan wisata ke Batu, Malang. Kunjungan dimulai dari Balai Materia Medica, salah satu UPT Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Disini para lansia belajar mengenal berbagai tanaman yang bisa dijadikan obat berbagai penyakit.
Diantaranya seperti daun pegagan, patikan kebo dan rebung bambu apus untuk menyembuhkan penyakit asma. Akar kayu legi, bunga blimbing wuluh atau daun waru muda untuk menyembukan batuk. Sedangkan untuk menurunkan tekanan darah tinggi cukup menggunakan bawang putih atau daun sembung legi. Sementara itu untuk menyembuhkan jantung berdebar cukup memanfaatkan bunga mawar segar, wortel atau daun pegagan segar.
Mewakili Kepala Balai Materia Medica, Palupi menyatakan bahwa kekayaan alam Indonesia demikian hebatnya. Hampir semua tanaman yang ada disekitar kita dapat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Maka menurut Palupi, “Kunjungan para lansia ke UPT ini benar2 sangat bermanfaat agar para lansia tetap sehat, bugar dan dijauhkan dari berbagai penyakit dengan memanfaatkan toga”.
Pada kesempatan itu kepada para lansia diajarkan membuat instan dan simplisia untuk bahan jamu serta melihat dari dekat koleksi toga. Termasuk cara menanam dan merawat tanaman toga agar berdaya guna dan berhasil guna.
Acara berikutnya, para lansia mengunjungi Jatim Park. Kawasan ini adalah objek wisata yang memadukan konsep pendidikan (education) dan konsep pariwisata (tourism) dalam satu ruang dan satu waktu, sehingga mampu menjadi sarana penyebaran informasi tentang khasanah iptek baik indoor maupun outdoor. Selain gedung bioskop 3 Dimensi, adapula Sky Swinger dan pasar buah serta sayuran.

LANSIA GURUNYA GURU



Oleh : Pakde Bagio

<!--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE
Sekitar tahun 1960-an, saya mengenal beliau karena sosok ini adalah guru saya di SMP Nasional Jember. Saya sangat mengenal sosok ini karena Pak Mekto, demikian panggilan Soemekto adalah guru yang paling sabar. Berbeda dengan perilaku saya dan beberapa teman yang tergolong nakal, sehingga kami mudah dikenal teman sekolah dan para guru termasuk Pak Mekto.
Saya sudah lupa Pak Mekto ini mengajar pelajaran apa, tetapi Pak Mekto selalu ingat saya. Bahkan Pak Mekto selalu memanggil saya kalau ketemu dengan sebutan “anakku”. Setengah abad berlalu kini saya dan Pak Mekto bertemu kembali dalam PWRI (Persatuan Wredatama Republik Indonesia). Sebuah organisasi para pensiunan PNS.
Saat bertemu sebulan sekali dalam pertemuan PWRI, Pak Mekto selalu duduk disebelah saya. Terkadang beliau cerita hal-hal yang lucu-lucu saat bertugas sebagai guru. Bahkan kalau ada yang memperhatikan kami mengobrol, Pak Mekto suka nyeletuk. Anak ini dulu murid saya yang nakal, katanya sambil menunjuk saya. Kamipun tertawa. Setengah abad berlalu, tentunya saya tidak nakal lagi seperti dulu ketika masih sekolah.
Pak Mekto dilahirkan di Kediri pada 15 Agustus 1930. Berarti usianya hampir 81 tahun. Daya ingatnya masih tajam, pandangannyapun tidak bermasalah. Mungkin karena faktor usia maka jalannya tampak mulai lamban. Sampai saat ini telah dikaruniai 6 putri dengan 9 cucu dan seorang buyut. Tinggal berdua bersama isteri di Jalan Bangka VI Jember.
Masih fasih menceritakan riwayat pendidikannya, Pak Mekto bercerita. Menamatkan Europen School di Rogojampi, kemudian menamatkan SMP dan SMA di Kediri. Setelah itu melanjutkan pendidikan di Kwek School 2,5 tahun yang kemudian berubah menjadi SGAK di Malang. Berikutnya mengikuti pendidikan B.I Biologi di Bandung dan mendapat TID (Tunjangan Ikatan Dinas). Baru kemudian tahun 1954 mengajar di SGB di Jember. Begitu seterusnya sampai menjadi Kepala SGA Jember.
Yang membahagiakan dirinya adalah rasa setia kawan para muridnya di SGB dan SGA jaman dulu. Mereka tak melupakan gurunya. Mereka menjadi Kepala Sekolah, pejabat di Pemda atau Dikbud (sekarang Diknas) atau guru biasa. “Kebanyakan mereka sudah pensiun semua, seperti saya”, kata Pak Mekto. Yang mengharukan baginya adalah acara halal-bihalal setiap tahun selalu diadakan di kediaman Pak Mekto. Semuanya di gotong royong oleh mantan murid2nya itu. Ada sekitar 80-an pensiunan guru yang masih setia berhalal-bihalal di rumah saya, tutur Pak Mekto.
Para pensiunan guru murid Pak Mekto itu tidak mudah melupakan sosok pendidik seperti Pak Mekto. Pak Mekto adalah sosok pendidik yang mencetak banyak guru dan pendidik anak bangsa, tutur Ahmadi pensiunan guru mantan murid Pak Mekto.
Ada yang menarik dari diri pak guru yang sudah sepuh ini. Katanya, mengajar tidak boleh disertai kekerasan. “Kekerasan itu peninggalan jaman penjajahan”, katanya. Mengajar yang baik adalah memberi keteladanan, mentransfer ilmu yang selalu berkembang dengan penuh inovasi dan menganggap siswa adalah teman kita. Itulah sebabnya kini guru diberikan tunjangan yang besar agar mereka belajar terus sambil mencari sesuatu yang baru sesuai bidang ilmu yang menjadi tugasnya.
Di organisasi PWRI kelompok IV Ranting Sumbersari, Jember, Pak Mekto dikenal sebagai penabung setia. Setiap bulan Pak Mekto selalu menabung antara 200 sampai 250 ribu rupiah. “Koq banyak ?”, tanya saya. Lansia yang murah senyum itu menjelaskan bahwa kita harus menyisihkan penghasilan kita untuk ditabung. Gunanya, barangkali ada keperluan mendadak atau emergency. Setidak-tidaknya diambil menjelang Lebaran untuk membahagiaan para cucu dan buyut.

SENAM KAKI SEMBUHKAN DIABETES MELITUS




<!--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE

Oleh : Imam Soebagio

Di kalangan lansia Jember kini tengah dikembangkan “Perawatan Kaki Bagi Penderita Diabetes Melitus”. Para lansia menyebutkan “Senam Kaki” karena mereka menganggap gerakan -gerakan 7 langkah itu merupakan olah raga yang mampu meningkatkan adrenalin para lansia dan mampu mengucurkan keringat.

Senam kaki merupakan kegiatan atau latihan yang dilakukan bagi penderita Diabetes Mellitus atau bukan penderita untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki. Senam ini dikembangkan oleh Fitri Ayu Lestari, mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember tingkat akhir yang tengah menyelesaikan penelitian mempersiapkan skripsinya mengenai Diabetes Melitus. Fitri bekerjasama dengan organisasi Karang Werda yang merupakan organisasi para lansia di Jember..

Namun demikian menurut Fitri, senam kaki ini sangat bagus juga dilakukan oleh lansia bukan penderita Diates Melitus karena seseorang yang memasuki lansia pada umumnya berpotensi menderita Diabetes Melitus. Senam ini sangat mudah dilakukan. Bisa dilakukan dimana saja, kapan saja dan tidak memerlukan alat bantu. Namun menurut Fitri, senam ini akan berhasil guna manakala dilakukan secara tetap dan teratur.

Sebelum melakukan senam kaki, ada baiknya melakukan perawatan kaki. Diantaranya memeriksa kaki dari adanya perubahan bentuk, warna atau adanya luka setiap hari sebelum tidur. cuci kaki setiap selesai melakukan aktifitas dan sebelum tidur dengan sabun dan keringkan dengan handuk. Gunakan krim (lotion) setelah mencuci kaki untuk menjaga kelembaban kaki.

Kemudian potong kuku kaki dari bagian tengah, potonggirnya dengan hati-hati. Jangan memotong kuku terlalu dalam. Gunakan alas kaki (sepatu atau sandal) setiap hari, baik di dalam maupun di luar rumah. Tidak menggunakan alas kaki yang terlalu sempit.

7 langah senam kaki.

1. Langkah pertama.

- Angkat kaki kanan sampai sebatas lutut, luruskan.

- Tahan sampai hitungan ke 10.

- Tekuk jari-jari kaki ke arah telapak kaki, tahan sampai hitungan ke 10.

- Ulangi 2 kali gerakan.

- Kembalikan kaki kanan ke lantai.

- Lakukan hal yang sama dengan kaki kiri.

2. Langkah kedua. Ulangi gerakan pertama pada kedua kaki secara bersamaan.

3. Langkah ketiga.

- Rapatkan paha.

- Letakan telapak kaki di lantai.

- Angkat jari-jari kaki dengan posisi tumit tetap dilantai.

- Letakan jari-jari kaki dilantai.

- Ulangi sampai 10 kali.

4. Langkah keempat.

- Rapatkan paha.

- Angkat kedua tumit dengan posisi jari-jari menempel di lantai.

- Letakan kembali tumit dilantai.

- Ulangi sampai 10 kali.

5. Langkah kelima.

- Rapatkan paha.

- Angkat tumit dengan posisi jari-jari menempel di lantai.

- Lebarkan telapak kaki bagian belakang atau posisi membuka.

- Rapatkan lagi atau tutup.

- Ulangi 10 kali.

6. Langkah keenam.

- Renggangkan sedikit paha.

- Tumit menempel di lantai.

- Buka telapak kaki bagian depan.

- Rapatkan kembali atau tutup dengan posisi tumit tetap menempel lantai.

- Ulangi sampai 10 kali.

7. Langkah ketujuh.

- Luruskan kaki kiri.

- Tulis angka 1 s/d 10 dengan menggerakkan jari-jari kaki.

- Letakan kembali kaki kiri ke posisi semula. Ulangi pada kaki kanan.

- Dengan menggunakan tangan, tarik jari-jari kaki saling menjauh. Lakukan pada semua jari kaki kedua kaki.

- Dengan menggunakan tangan, tarik jari-jari kaki saling menjauh. Lakukan pada semua jari kaki kedua kaki.

- Dengan menggunakan tangan, tarik jari-jari kaki saling menjauh. Lakukan pada semua jari kaki kedua kaki.

- Pijat kedua telapak kaki selama 1 menit.

-

Lakukan perawatan kaki dengan benar dan senam kaki rutin setiap hari untuk mencegah terjadinya luka pada kaki Anda. Selain melakukan perawatan kaki dan senam kaki dengan rutin, diharapkan tetap menjaga pola makan dengan tetap memperhatikan makanan yang dikonsumsi. Jika terdapat luka pada kaki segera periksa ke dokter atau Puskesmas.