Oleh : Imam Soebagio
Empat tahun silam Dik Marsono pensiun sebagai PNS. Sehari setelah Idul Fitri kemarin dia berulang tahun ke-60. Dia sangat mensyukurinya, sehingga perlu di-bancaki. Mumpung ketiga anaknya datang saat mudik lebaran. Dik Min, isterinya tidak lupa masak opor ayam santan kental ditemani ketupat. Saya yang diundang untuk ikut makan-makan melihat kebahagiaan Dik Marsono bersama keluarga besarnya. Ketika saya tanya, apa yang membuat dia sebegitu bahagia, dia menjawab sederhana. KTP-ku berlaku seumur hidup, mas. Itu artinya, kalau naik kereta api kamu dapat potongan 20 persen, kataku. Seluruh keluarganya tertawa.
Usai makan-makan, saya dan Dik Marsono duduk berdua di teras rumahnya. Tidak seperti biasanya, di cuma menunduk melihat kaki meja didepannya. Menurut ukuran saya, Dik Marsono adalah laki-laki yang berhasil. Dik Min, isterinya yang asli Trenggalek masih kelihatan cantik seperti saat mahasiswa dulu.
Ketiga anaknya sarjana semua dan tiga kali mantu. Mereka masing-masing punya pekerjaan yang membanggakan dan berhasil menambah empat cucu dalam keluarga Dik Marsono. Mereka masing-masing ada di Jakarta, Batam dan Papua, sehingga kalau tidak lebaran mereka susah untuk berkumpul bersama seperti malam itu.
Dik Marsono diam, seperti sedang memikirkan sesuatu. Tanpa tawa, tanpa kata. Saya tidak tahan dengan kondisi semacam ini. Saya memberanikan diri untuk bertanya. Apa yang membuatmu murung, dik, tanya saya. Agak lama dia menjawab. Ternyata jawabnya mengagetkan. Sampai kapan saya diberi diberi umur panjang, ya mas. Saya kepingin merasakan kebahagiaan terus seperti malam ini, katanya lagi.
60 tahun lagi.
Menurut Dr. Robert Butler dari National Insritute of Aging, AS, tubuh manusia dirancang memiliki biogentic maximum life span hingga 120 tahun. Kalau menilik teori itu, artinya, Dik Marsono masih bisa hidup 60 tahun lagi.
Setiap makluk hidup memiliki umur yang berbeda. Nyamuk bertahan beberapa minggu, lebah pekerja beberapa bulan. Binatang seperti tikus mempunyai umur sampai 4 tahun, burung kolibri 12 tahun, anjing 15 tahun. Sementara itu, gajah bisa mencapai 70 tahun, ikan paus 100 tahun, dan kura-kura 150 tahun. Manusia seperti yang disebutkan, mempunyai “umur emas” 120 tahun.
Menurut dr. Handrawan, umur harapan hidup orang sekarang lebih pendek dari potensi biologisnya. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh salah kelola. Bahkan, orang AS yang dianggap lebih sehat umur harapan hidupnya baru 76 tahun.
Banyak penyebab mengapa bangsa di suatu negara tidak mencapai umur biologis optimal. Faktor musim, keadaan perang, kultur, ekonomi, tingkat pendidikan dan derajat kesehatan bangsa. Semua mempengaruhi umur harapan hidup. Namun, penyebab terbesar lantaran faktor ulah salah manusia. Karena, orang tidak sepenuh hati menjalani hidup sebagaimana yang dituntut ilmu kedokteran. Bisa jadi karena ketidaktahuan. Jarang terdengar orangtua, sekolah, pemerintah di Indonesia mendidik anak-anak dengan perilaku hidup sehat.
Berdasarkan penelitian, pola hidup berlebihan, hidup tegang dan terburu-buru menyebabkan orang tidak berumur panjang. Dokter Raymond Pearl pernah meneliti 2.000 orang berumur lebih dari 90 tahun. Sifat sangat mencolok yang mereka miliki adalah temperamen lembut, tenang, tidak cepat marah, tidak pencemas, dan rileks. Ia mendapati, bekerja keras secara fisik terus-menerus dan kurang istirahat akan memperpendek umur. Terutama yang berusia 40 tahun. Orang yang sering mengalami kelelahan berkepanjangan cenderung meninggal lebih dini.
Prinsip ”makan untuk hidup”, makan sekadar untuk hidup terbukti lebih panjang umur dari mereka yang ”hidup untuk makan”. Seperti penelitian yang menyebutkan, orang yang senang sate kambing, tongseng jeroan, sop buntut atau kikil, masakan padang bersantan, minum teh telur, tiap hari makan es krim, setiap pagi sarapan roti keju, alamat tidak berumur panjang. Karena makanan itu banyak mengandung lemak jenuh yang sering disebut lemak jahat (High Density Lipoprotein, HDL).
Lemak jahat itu dalam tubuh dirombak menjadi kolesterol. Makin banyak kolesterol dalam darah, makin besar kemungkinan terkena serangan jantung atau stroke. Karena pembuluh darah jantung atau pembuluh darah otak lambat laun akan tersumbat oleh thrombus yang berbahan asal kolesterol.
Lalu bagaimana agar seseorang dapat meraih panjang umur? Menurut dr. Handrawan bila ingin panjang umur hendaknya kita belajar dari penduduk Okinawa di Jepang. Rata-rata orang Okinawa berumur seratus tahun. Bukan sekadar panjang usia belaka. Mereka menikmati hidup sentosa sepanjang hayatnya. Ini berdasarkan studi yang dilakukan Harvard Medical School selama 25 tahun yang kemudian diterapkan di dunia medis dengan nama “Program Okinawa”.
Dari Okinawa terbuka tabir rahasia panjang umur. Ternyata rahasianya terletak pada pola makan mereka yang serba alami, porsi kecil dan berpantang menu olahan. Mereka memilih menu alami kaya karbohidrat, jenis padi-padian, kacang-kacangan, biji-bijian, umbi-umbian. Selain sayur-mayur dan buah-buahan segar. Porsi protein lauk-pauknya tak berlebihan dan lebih didominasi yang berasal dari ikan. Penduduk Okinawa sesedikit mungkin menyantap menu daging atau unggas dan beralih lebih banyak ikan dari laut dalam.
Saya memang belum ketemu Dik Marsono lagi. Tetapi saya tambah ilmu akibat kecemasannya. Saya juga ingin panjang umur, koq. Dan, gambar yang menemani tulisan ini adalah keluarga penulis bersama anak cucu.
Usai makan-makan, saya dan Dik Marsono duduk berdua di teras rumahnya. Tidak seperti biasanya, di cuma menunduk melihat kaki meja didepannya. Menurut ukuran saya, Dik Marsono adalah laki-laki yang berhasil. Dik Min, isterinya yang asli Trenggalek masih kelihatan cantik seperti saat mahasiswa dulu.
Ketiga anaknya sarjana semua dan tiga kali mantu. Mereka masing-masing punya pekerjaan yang membanggakan dan berhasil menambah empat cucu dalam keluarga Dik Marsono. Mereka masing-masing ada di Jakarta, Batam dan Papua, sehingga kalau tidak lebaran mereka susah untuk berkumpul bersama seperti malam itu.
Dik Marsono diam, seperti sedang memikirkan sesuatu. Tanpa tawa, tanpa kata. Saya tidak tahan dengan kondisi semacam ini. Saya memberanikan diri untuk bertanya. Apa yang membuatmu murung, dik, tanya saya. Agak lama dia menjawab. Ternyata jawabnya mengagetkan. Sampai kapan saya diberi diberi umur panjang, ya mas. Saya kepingin merasakan kebahagiaan terus seperti malam ini, katanya lagi.
60 tahun lagi.
Menurut Dr. Robert Butler dari National Insritute of Aging, AS, tubuh manusia dirancang memiliki biogentic maximum life span hingga 120 tahun. Kalau menilik teori itu, artinya, Dik Marsono masih bisa hidup 60 tahun lagi.
Setiap makluk hidup memiliki umur yang berbeda. Nyamuk bertahan beberapa minggu, lebah pekerja beberapa bulan. Binatang seperti tikus mempunyai umur sampai 4 tahun, burung kolibri 12 tahun, anjing 15 tahun. Sementara itu, gajah bisa mencapai 70 tahun, ikan paus 100 tahun, dan kura-kura 150 tahun. Manusia seperti yang disebutkan, mempunyai “umur emas” 120 tahun.
Menurut dr. Handrawan, umur harapan hidup orang sekarang lebih pendek dari potensi biologisnya. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh salah kelola. Bahkan, orang AS yang dianggap lebih sehat umur harapan hidupnya baru 76 tahun.
Banyak penyebab mengapa bangsa di suatu negara tidak mencapai umur biologis optimal. Faktor musim, keadaan perang, kultur, ekonomi, tingkat pendidikan dan derajat kesehatan bangsa. Semua mempengaruhi umur harapan hidup. Namun, penyebab terbesar lantaran faktor ulah salah manusia. Karena, orang tidak sepenuh hati menjalani hidup sebagaimana yang dituntut ilmu kedokteran. Bisa jadi karena ketidaktahuan. Jarang terdengar orangtua, sekolah, pemerintah di Indonesia mendidik anak-anak dengan perilaku hidup sehat.
Berdasarkan penelitian, pola hidup berlebihan, hidup tegang dan terburu-buru menyebabkan orang tidak berumur panjang. Dokter Raymond Pearl pernah meneliti 2.000 orang berumur lebih dari 90 tahun. Sifat sangat mencolok yang mereka miliki adalah temperamen lembut, tenang, tidak cepat marah, tidak pencemas, dan rileks. Ia mendapati, bekerja keras secara fisik terus-menerus dan kurang istirahat akan memperpendek umur. Terutama yang berusia 40 tahun. Orang yang sering mengalami kelelahan berkepanjangan cenderung meninggal lebih dini.
Prinsip ”makan untuk hidup”, makan sekadar untuk hidup terbukti lebih panjang umur dari mereka yang ”hidup untuk makan”. Seperti penelitian yang menyebutkan, orang yang senang sate kambing, tongseng jeroan, sop buntut atau kikil, masakan padang bersantan, minum teh telur, tiap hari makan es krim, setiap pagi sarapan roti keju, alamat tidak berumur panjang. Karena makanan itu banyak mengandung lemak jenuh yang sering disebut lemak jahat (High Density Lipoprotein, HDL).
Lemak jahat itu dalam tubuh dirombak menjadi kolesterol. Makin banyak kolesterol dalam darah, makin besar kemungkinan terkena serangan jantung atau stroke. Karena pembuluh darah jantung atau pembuluh darah otak lambat laun akan tersumbat oleh thrombus yang berbahan asal kolesterol.
Lalu bagaimana agar seseorang dapat meraih panjang umur? Menurut dr. Handrawan bila ingin panjang umur hendaknya kita belajar dari penduduk Okinawa di Jepang. Rata-rata orang Okinawa berumur seratus tahun. Bukan sekadar panjang usia belaka. Mereka menikmati hidup sentosa sepanjang hayatnya. Ini berdasarkan studi yang dilakukan Harvard Medical School selama 25 tahun yang kemudian diterapkan di dunia medis dengan nama “Program Okinawa”.
Dari Okinawa terbuka tabir rahasia panjang umur. Ternyata rahasianya terletak pada pola makan mereka yang serba alami, porsi kecil dan berpantang menu olahan. Mereka memilih menu alami kaya karbohidrat, jenis padi-padian, kacang-kacangan, biji-bijian, umbi-umbian. Selain sayur-mayur dan buah-buahan segar. Porsi protein lauk-pauknya tak berlebihan dan lebih didominasi yang berasal dari ikan. Penduduk Okinawa sesedikit mungkin menyantap menu daging atau unggas dan beralih lebih banyak ikan dari laut dalam.
Saya memang belum ketemu Dik Marsono lagi. Tetapi saya tambah ilmu akibat kecemasannya. Saya juga ingin panjang umur, koq. Dan, gambar yang menemani tulisan ini adalah keluarga penulis bersama anak cucu.
0 komentar:
Posting Komentar