NGOROK alias MENDENGKUR



Oleh : Imam Soebagio


Selain mimpi, ngiler, dan menggigau, ngorok alias mendengkur merupakan kebiasaan orang saat tidur. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan Pusbinbangsa Depdikbud, mendengkur adalah mengeluarkan bunyi ”kur, kur” (ketika tidur). Dalam kenyataannya, ngorok alias mendengur tidak hanya berbunyi kur, kur saja. Ada yang bunyinya seperti gergaji yang sedang dipakai menggergaji kayu yang besar. Ada yang seperti colt mogok atau bunyi knalpot truk gandengan. Tetapi ada juga yang santun, berirama namun bunyinya keras. Terkadang diiringi pemandangan lucu, kedua pipi tembem seperti meniup balon udara dan mulut yang buka tutup dengan bibir yang bergetar.

Gaya mendengkur seperti yang terakhir inilah yang menyebabkan banyak kemurkaan teman tidur. Baik sang isteri atau sang cucu. Teman penulis punya pengalaman menarik. Saat tidur siang bersama cucunya, tiba-tiba dia dikagetkan tamparan sang cucu pada mulutnya. Sang cucu berteriak, jangan ngorok. Sang kakek menyadari kesalahannya dan menghentikan ngoroknya.

Di Madiun seorang nenek rela pisah ranjang dengan suaminya yang membuahi empat cucu gara-gara dengkurannya yang semakin tua semakin “mengerikan”. Anehnya, para pendengkur tidak merasa kalau dia mendengkur bahkan tidak bisa mendengar dengkurannya sendiri. Kecuali sedang tidur ayam atau setengah tidur.

Walaupun tampaknya memang tidak berbahaya, masalah mendengkur tidak boleh dijadikan hal sepele. Sebab, kebiasaan mendengkur merupakan pertanda adanya bagian-bagian di sekitar tenggorokan dan pernafasan yang tidak beres. Ketidakberesan itulah yang agaknya boleh disebut kelainan. Pendengkur sendiri bahkan dapat terganggu kesehatannya.

Penyebab.
Menurut para ahli, dengkuran timbul karena orangnya mengalami penyumbatan sebagian di bagian teratas saluran udara di tenggorokannya. Di daerah ini terdapat langit-langit mulut yang lunak dengan jaringan di sekitar amandel tenggorokan. Jaringan itu pada saat orang bernafas, menarik atau mengeluarkan udara akan bergetar. Getaran itulah yang kemudian mengeluarkan suara keras berupa dengkuran.

Saat tidur semakin lelap, otot-otot di langit-langit mulut, lidah dan tenggorokan akan mengendor. Saluran udara yang teratas juga turut mengendor dan turun, sehingga pipanya menjadi semakin menyempit. Anak lidah juga dapat menambah sempitnya seluruh pernafasan. Hal ini disebabkan letaknya yang menggeser ke belakang tenggorokan. Sehingga suara dengkurannya menjadi semakin keras.

Beberapa sumber mengatakan dengkuran antara lain akibat demam, amandel yang membesar atau ukuran badan pendengkur yang gemuk. Bisa juga terjadi dengkuran karena alergi, pengaruh pembiusan atau alkohol.

Untuk diketahui bahwa dengkur adalah gejala tidak normal, bahkan tidak sehat. Semakin keras dengkurannya, maka semakin sulit pernafasannya. Karena sulit bernafas, maka jantung harus bekerja keras agar oksigen dapat cukup banyak yang masuk ke paru-paru. Ini berarti membuat jantung mendapat beban yang lebih dari semestinya.

Akibat yang lain dari dengkuran yang berat, setelah bangun tidur tidak sepenuhnya merasa sehat dan segar. Terkadang seringkali merasa lelah dan kantuk.

Bantal tinggi.
Ada beberapa kiat bagaimana mengurangi kelainan ini. Pertama, jangan tidur tertelentang. Tidurlah dalam posisi miring. Kedua, tidurlah dengan bantal yang agak tinggi. Pada bagian kepala bersandar tinggi bantal seyogyanya antara 15 sampai 20 cm. Ketiga, jangan mengatasi masalah ngorok alias mendengkur ini dengan obat penenang atau pil tidur. Hindari minum alkohol sebelum tidur. Keempat, bagi yang badannya gemuk, kurangilah berat badannya.

Dan yang paling penting, pada saat anda mendengkur, jangan marah kalau dibangunkan teman tidur. Hal ini untuk menghindari akibat fatal, yakni kesulitan bernafas. Tidak hanya sekedar membangunkan agar tidak ngorok lagi. Nah, sebelum ngorok dilarang, mendengkurlah yang sopan.

Selamat mendengkur.


0 komentar:

Posting Komentar