Lebaran dan OOC


Oleh : Imam Soebagio

Ada kebahagiaan dan harapan saat bulan puasa tiba bagi anak-anak. Terutama di kampung saya di kota Jember, Jawa Timur. Bahagia karena dengan menjalankan ibadah puasa, mereka akan diampuni dosanya. Bahagia, makanala usai melaksanakan ibadah puasa, akan tiba lebaran. Lebaran memang dinanti-nanti, karena saat lebaran mereka akan mengenakan baju baru. Kemudian melakukan tradisi unjung-unjung (mengunjungi) orang-orang tua dan sanak keluarga. Harapannya, mereka akan menerima uang (sangu) dan menikmati jajanan.

Adakah lebaran tahun ini ada baju baru atau menikmati jajanan enak ? Tentunya bagi masyarakat kampung, seperti keluarga saya, hal itu masih merupakan tanda tanya. Sebab situasi ekonomi saat ini masih kurang bagus. Istilah kerennya situasi ekonomi yang tidak kondusif. Sehingga untuk mberbelanja sesuatu lebih dari biasanya tampaknya agak sulit.

Andaikatapun bisa beli baju baru, kalau anak-anak tetangga tidak memakai baju baru, pasti menimbulkan pekewuh. Sementara itu, lazimnya para orang tua yang pensiunan menerima THR, kini tunjangan itu sudah tidak ada. Karena dibayarkan saat memasuki tahun ajaran baru dua bulan lalu.

Namun, lebaran harus tetap dirayakan. Unjung-unjung bagi anak-anak masih harus ada karena memang tradisi. Soal baju baru, barangkai bisa dikesampingkan. Begitu pula soal memberi sangu bagi para tamu anak-anak, kalau ada diberi. Kalau tidak ada, barangkali cukup bersalaman. Untuk saling bermaafan. Tetapi kue atau jajan lebaran, tetap wajib ada.

Made self.
Saya jadi ingat dengan seorang lansia di Jember. Namanya Ibu Hj. Siti Asmaniyah Soeratno. Eyang yang hampir 80 tahun ini masih aktif jadi Pengurus PWRI Jember dan Perwakilan Yayasan Gerontologi Abiyoso Jember. Disamping membina Karang Werda ”Lestari I” dengan mengajar wirausaha bagi para lansia yang kurang beruntung di Kecamatan Patrang.

Eyang Asma punya resep kue yang bisa dibuat untuk kudapan lebaran. Bahannya murah, cara membuatnya mudah, rasanya enak. Disuka anak-anak sampai lansia. Namanya OOC alias Onde Onde Ceplus. Tampangnya seperti onde-onde tapi tanpa isi, lebih kecil namun terbelah.

OOC pasti akan menjadi kue favorit saat lebaran, kata Eyang Asma. Bisa dibuat dengan mudah untuk kudapan keluarga, tetapi sangat mungkin untuk dijual. Apalagi kalau disajikan dalam bungkus (packaging) yang menarik. Saya pernah mengikuti pelatihan membuat OOC ini dengan para lansia lain. Memang mudah.

Bahan :
½ kg tepung terigu (Segitiga)
3 butir telur
2 ons gula pasir
2 sendok mentega (dicairkan)
4 sendok makan air
1 sendok the baking soda dan vanili
1 ½ ons wijen
Minyak goreng secukupnya.

Cara membuatnya :
1. Gula, telor dikocok sampai putih. Air, mentega cair yang dingin dan tepung dicampurkan (diuleni).
2. Setelah rata, digelintiri sebesar telur puyuh.
3. Untuk dibaluri wijen, bulatan diolesi air terlebih dahulu supaya wijen melekat.
4. Bulatan yang sudah dibaluri wijen, digoreng dengan minyak panas. Apabila bulatan sudah merekah/pecah/terbelah, berarti sudah matang, angkat.
5. Sajikan. Kalau mau dijual, kemas dalam kemasan yang bagus.

Dalam gambar tampak profil OOC. Sedangkan gambar lain tampak Eyang Asma (paling kiri) sedang mengajari para lansia anggota PWRI Jember membuat OOC. Selamat mencoba. Selamat menjalankan ibadah puasa. Mudah-mudahan kita diberi kekuatan dan ketabahan menjalani hidup ini. Amin.


0 komentar:

Posting Komentar