TERAPI TAWA (Tulisan Seri I)


Oleh : Pakde Bagio

Ketika dahi berkerut, muka cemberut dan kepala berdenyut, perlu ada terapi. Agar segala kesedihan, pikiran kusut dan kondisi badan yang nggak stabil bisa terkurangi. Mungkin kita sedang kelelahan atau stres. Banyak cara untuk mengatasinya. Salah satu diantaranya adalah dengan terapi tawa.

Kenapa tawa atau tertawa ? Karena tertawa merupakan terapi stres ampuh yang bisa diperoleh tanpa bayar alias gratis atau cuma-cuma. Tertawa adalah pekerjaan yang paling mudah dilakukan. Asal ada pemicunya, raut muka yang tadinya tegang jadi gembira. Kepala yang tadinya berdenyut-denyut jadi stabil.

Pada saat tertawa, lima belas otot muka berkontraksi dan mendapatkan rangsangan efektif pada sebagian besar otot mulut. Saat tertawa lepas, kondisi otak berada pada gelombang alfa (titik nol pikir atau zero mind). Dalam keadaan tertentu, pembuluh air mata terangsang sehingga selagi mulut terbuka dan tertutup, ada suatu dorongan untuk menghisap udara yang cukup berakibat muka memerah dan mata berair.

Tertawa memicu proses biologis yang positif. Ketika tertawa, pembuluh darah melebar (vasodilatasi). Oksigen yang dihirup paru-paru lebih banyak, darah mengandung lebih banyak oksigen, sel tubuh mendapat nutrisi lebih banyak. Sementara itu, sistem kekebalan meningkat. Hormon yang baik-baik, endorphin, serotonin, melatonim juga gencar di produksi. Walhasil, zat-zat sampah terusir dari tubuh.

Dari berbagai literatur, penulis sebutkan penelitian para ahli. Dr. Lee Berk (Loma Linda University di California) berpendapat, tertawa bisa mengurangi peredaran dua hormon dalam tubuh yang bisa menghalangi proses penyembuhan penyakit. Dr. Rosemary Cogan (Texas Tech University) menyatakan melalui tawa maka rasa nyeri dan sakit akan berkurang, bahkan akan meningkatkan kekebalan tubuh.

Dr. William Foy (Universitas Stanford) punya pendapat bahwa dengan tertawa terbahak-bahak sangat bermanfaat bagi orang sehat. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa tertawa terbahak-bahak akan menggerakkan otot perut, otot dada, otot bahu dan pernafasan. Sedang Prof. Dr. Lucille Namehow (Conecticut Amerika Serikat), mengatakan bahwa fakta yang ditemukan dari tertawa adalah membantu lansia tetap awet tua dan yang muda tetap awet muda.

Kekuatan tawa.

Tertawa menurut ahli jantung Dr. William Frey identik dengan olah raga erobik. Tertawa selama satu menit akan memberi relaksasi tubuh selama empat puluh menit.

Tertawa mempunyai kekuatan luar biasa bagi tubuh kita. Tertawa terbahak—bahak 20 detik sama dengan jogging atau mendayung 3 menit yang memacu kerja jantung. Tertawa terbahak-bahak selama satu menit sama dengan 45 menit olah raga yang mengeluarkan keringat. Tertawa satu menit sama dengan mengayuh sepeda selama 10 menit. Sama-sama mengucurkan banyak keringat karena merangsang jantung dan peredaran darah.

Sekitar 80 otot digunakan ketika kita tertawa sempurna sampai terpingkal-pingkal. Getaran yang dihasilkanm membuat jantung berdegub lebih kencang, tekanan darah naik dan tingkat oksigen dalam darah yang dihasilkan baik bersamaan dengan akselerasi pernafasan. Usai ketawa, tekanan darah normal kembali, hormon stres berkurang dan kekebalan tubuh meningkat.

Namun demikian para ahli membedakan tawa biasa dengan terapi tawa. Disebutkan, ada tawa yang genuine (asli atau tulus), ada yang palsu, ada juga yang sekadar basa-basi. Tawa palsu atau basa-basi tak berefek apapun pada kesehatan. Sebaliknya, tertawa pada proporsi yang benar disebut juga laughter theraphy atau meditasi tawa berpotensi menjauhkan penyakit, dan efeknya memperpanjang harapan hidup.

Dalam terapi tawa harus tertawa spontan tanpa ada rangsangan, baik itu yang emotif dan kognitif. Sedangkan tertawa karena banyolan, komedi atau film adalah tawa biasa. Walaupun demikian tawa merupakan sesuatu yang baik dan sangat bermanfaat bagi tubuh.

Di Jember para mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Universitas Jember bekerjasama dengan Perwakilan Yayasan Gerontologi Abiyoso tengah mengadakan sosialisasi bagi para lansia. Menurut Nona Merina, mahasiswa memandang perlu mengembangkan terapi ini karena manfaatnya sangat positif untuk mengurangi stres dan hipertensi terutama di kalangan lansia.

Dalam gambar ini para lansia warga Karang Werda ”Sriwijaya”, Kecamatan Sumbersari, Jember bergambar bersama para mahasiswa PSIK Universitas Jember usai terapi. Tulisan Seri II akan ditulis bagaimana prosedur terapi tawa itu dilaksanakan. Semoga bermanfaat,


SETIAP INSAN PERPAJAKAN BERPELUANG SAMA


Oleh : Pakde Bagio

Akhirnya Gayus dituntut hukuman penjara 20 tahun dan denda sebesar Rp. 500 juta rupiah. Tuntutan itu dibacarak Jaksa Rhein Singal di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (22/12). Menurut Jaksa Rhein Singal, tidak ada hal-hal yang bisa meringankan ”Abdi Negara” pada Ditjen Pajak berpangkat III/a ini.

Gayus Holomoan Tambunan itu kaget mendengar tuntutan yang dirasa berat oleh Jaksa itu. Tetapi ada yang lebih kaget lagi, yaitu seorang pensiunan Kantor Pajak bernama Soedardjan. ”Koq dituntut hukuman cuma segitu”, katanya kaget.

Soedardjan adalah sosok uzur yang bersahaja sampai usianya 76 tahun. Rumah tinggalnya di Perumnas Patrang, Jember tipe 21 yang sedikit dikembangkan untuk ruang tamu. Tetapi masih kelihatan bentuk aslinya dengan dua kamar.

Dia adalah mantan Kaur Tata Usaha & Personalia Kantor Pelayanan Pajak Jember. Pangkat terakhir saat pensiun tahun 1991 adalah III/a. Sama pangkatnya dengan Gayus Tambunan yang mempunyai kekayaan melimpah dan simpanan Rp. 28 milyar.

Menurut Soedardjan, setiap insan perpajakan mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk mengabdi dan melakukan penyelewengan. Tinggal manusianya saja, mau mengabdi apa mau korupsi, katanya kepada penulis di kediamannya yang serba sederhana. “Saya ingat pesan nenek saat berangkat kerja hari pertama”, kata Soedardjan. Saiki jaman edan, ora usah melu edan, ben slamet.

Sejak dulu pegawai pajak sudah mendapat remunerasi, tunjangan khusus. Besarnya juga sudah luar biasa, kata Dardjan lagi. Bahkan dia pernah merasakan tunjangan khususnya sembilan kali gaji pokok. Sebenarnya gaji itu sudah cukup, tinggal manusianya saja terkadang masih merasa kurang, tutur pensiunan yang dua kali jadi Pegawai Teladan itu.

Tunjangan khusus yang nilainya besar itu adalah penghargaan bagi para pegawai pajak yang harus mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk memenuhi APBN. Juga merupakan insentif agar mereka bekerja lebih keras lagi untuk membiayai Negara dalam pembangunan dan kesejahteraan rakyat.

Bapak 7 anak dengan 14 cucu dan 3 cicit ini bergabung dengan dinas pajak bermodalkan ijazah Sekolah Rakyat. Seiring dengan kemajuan jaman, dia melanjutkan pendidikannya sampai KPAA. Karirnya dimulai di Kediri tahun 1953, kemudian setelah diangkat jadi PNS dipindah ke Ponorogo, Pacitan, Madiun dan Jember. Berbagai tugas yang pernah dilakoninya mulai dari petugas dinas luar, pengawasan sampai personalia.

Dardjan memang tidak pernah luput mengamati dunia perpajakan sejak pensiun. Baik melalui televisi, radio maupun koran. Koran yang dia baca adalah koran bekas pemberian tetangganya yang dia kliping, sebagai salah satu kesibukannya. Dia juga mengamati kasus Gayus Tambunan dan lainnya. “Saya prihatin sekali melihat orang muda seperti itu. Kasihan sekali. Dia membunuh masa depannya sendiri”, kata Dardjan lagi.

“Gayus Tambunan salah, teman-temannya salah, pimpinannya juga salah, maka mereka harus ditindak sesuai hukum”, katanya ketus. Atas kejujuran dan ketekunannya melaksanakan tugas, Soedardjan pernah mendapat Piagam Penghargaan dari Menteri Keuangan dan Satya Lancana Karya Satya Kelas III dari Presiden Soeharto.

Pengamen Tua


Oleh : Pakde Bagio

Matanya terpejam, bibirnya bergetar saat Samiun melantunkan lagu Yen ing tawang ono lintang. Terasa sangat menjiwai dengan iringan gitar yang dipetiknya sendiri. Seperti itulah gaya sosok Samiun, sang penyanyi jalanan, menyanyikan lagu kroncong. Dari rumah ke rumah, dari satu kampung ke kampung lain. Mengumpulkan recehan untuk dibawa pulang buat makan sehari-hari.

Tetapi Samiun tidak hanya piawai menyanyikan lagu-lagu yang beriramakan keroncong saja. Jenis lagu lainnya seperti langgam, campursari sampai ndangdut bisa dia dendangkan. Dan dia sangat faham di daerah mana harus keroncongan, di daerah mana harus ndangdutan atau campur sari Maklum, masa kerja Samiun sebagai tukang ngamen sudah dilakoninya sejak tahun 1963 ketika dia mempersiapkan perkawinanya.

Saat itu Samiun baru saja berhenti sebagai tukang tabuh saron dan gambang ketoprak keliling ”Wargo Budoyo” dari Jatisari, Ambulu. Sebagai seniman keliling penghasilan Samiun terasa kurang sampai suatu saat bertemu pengembara (istilah pemusik jalanan saat itu) di pasar Karanganyar. Karena Samiun merasa bisa menyanyi keroncong dan memainkan alat musik maka di bergabung dengan para pengembara spesial musik keroncong itu.

Dia masih ingat teman2 pengembaranya yang sekarang sudah almarhum. Mereka adalah Sinto (biola), Liting (melodi), Matrimus (cok), Bagong (pengirim melodi). Sedang Samiun sendiri kebagian alat musik selo. Pengembara ini keliling ke berbagai kota di Jawa Timur. Hasilnya lumayan, kata Samiun mengenang. Bisa untuk membiayai pernikahannya dengan gadis Karanganyar bernama Samiati.

Jaman Pak Harto.

Setelah perkawinannya membuahkan anak, maka Samiun yang kelahiran Kasian Kecamatan Puger tahun 1938 terpaksa harus pulang ke kampung halaman isterinya di Karanganyar. Disana dia bekerja sebagai kuli di gudang tembakau. Kalau musim tembakau lewat, maka Samiun mengamen kembali dengan berbekal gitar dan kepandaiannya menyanyi.

Usianya semakin renta, Samiun membatasi diri untuk bekerja sedari pagi sampai bedug lohor. Sampai saat itu uang yang berhasil dikumpulkannya atau rata-rata sekitar Rp. 30 ribu. ”Yah, cukup untuk makan sederhana bersama isteri dan cucunya”, katanya sambil menghirup rokok.

Penghasilan sebanyak itu masih dipotong ongkos perjalanan. Dari Karanganyar ke Ajung pulang pergi sebesar Rp. 6 ribu. Ongkos angkot dari Ajung ke kota Jember bolak balik Rp. 3 ribu. Ongkos itu sudah didiskon 50 persen, kata Samiun. Sebab para sopir itu sudah kenal semua.

Sisanya dibawa pulang semua. Selama ngamen dia tidak makan di warung, katanya sayang uangnya. Yang penting menurut dia, rokok tetep ngebul. Hal yang beda dengan jamannya Pak Harto, kata Samiun. Waktu itu dengan penghasilan Rp. 15 ribu, Samiun bisa makan di warung sampai dua kali. Bahkan bisa menyisihkan untuk menabung. Sekarang uang rasanya seperti sampah, angkanya besar tapi nilainya kecil sekali.

Ketika ditanya sampai kapan Samiun ngamen, ayah 7 anak dan kakek 7 anak ini menjawab polos. Ya sampai nggak kuat jalan, sebab isterinya sudah tidak bekerja lagi. Dulu buka warung kopi, sekarang sudah tutup karena kalah dengan harga minyak tanah. Selain tekor terus, isterinya juga sudah mulai tua.

Banyak suka dan duka yang dialami Samiun selama 46 tahun menjadi pengamen. Sukanya, dia selalu gembira dengan ratusan lagu yang masih dihafalnya. Bahkan kalau terpaksa harus mengamen ke Bondowoso, Banyuwangi, Situbondo atau Lumajang, dia cukup bermalam di kediaman teman teman se profesinya tukang amen. Kalau ke luar kota biasanya sampai sebulan, sampai uangnya cukup banyak untuk dibawa pulang.

Dukanya kalau hari hujan. Terkadang malah tidak menghasilkan uang, bahkan untuk ongkos pulang saja tidak dia miliki. Atau saat mendendangkan lagu di depan pintu pagar, tiba tiba pintu rumah ditutup. Dorrr. Nelongso banget, katanya lagi, tetapi dia memakluminya karena situasi perekonomian saat ini sedang kurang baik. Termasuk sudah tidak diterimanya BLT bagi keluarganya yang pernah dia terima dua kali.

”Ya sudah, kita terima apa adanya”, kata Samiun sembari menutup pembicaraan dengan lagu ”Bandar Jakarta”.

Malang tak dapat ditolak.

Minggu (19/12) merupakan hari yang paling apes baginya selama hidup di dunia ini. Sekitar jam 12 tengah hari saat menunggu angkot untuk pulang ke Ambulu, di sebuah Poskamling di Muktisari Samiun ditangkap polisi. Dimasukkan secara paksa ke dalam truk yang sudah berisi pengamen muda-muda dengan potongan punk. Sejak sore sampai Senin pagi Samniun dan para pengamen lainnya ditahan dalam tahanan Polres Jember di Jalan Kartini.

Senin pagi harinya Samiun di sidang oleh Pengadilan Negeri Jember. Dia dijatuhi denda Rp. 2 ribu karena dianggap melanggar tata tertib umum dengan mengamen. Samiun ikhlas ditahan polisi walau tak mau makan nasi bungkusan di tahanan. Samiun juga ikhlas dijatuhi hukuman oleh pengadilan walaupun dia merasa tidak bersalah. Karena niatnya mengamen adalah menghibur orang sambil mencari nafkah.

Dendanya bahkan dibayari oleh seseorang yang tidak dia kenal. Bahkan ongkos pulangnya diberi pasangan suami isteri yang sering dia datangi saat mengamen. Yang Samiun sesalkan adalah gitar-nya dirampas oleh Pengadilan Negeri Jember. Padahal alat musik itu adalah satu-satunya harta berharga miliknya. Cuma gitar tua itu.

”Betul betul nggak punya peri kemanusiaan”, katanya kepada penulis sambil menangis. Tangisan sedih seorang lansia.

ANTARA KEBINGUNGAN & KERESAHAN







Oleh : Pakde Bagio

Beberapa hari lagi kita memasuki tahun baru 2011. Kata para pemimpi, di prediksi tahun 2011 masih ada bencana, banyak pemimpin meninggal dunia, situasi ekonomi masih sulit dan semakin banyak orang bingung. Saya tidak faham ramalan itu, tetapi saya merasakan denyut keresahan yang dirasakan masyarakat kecil. Terutama yang ada di daerah.

Saya juga merasakan kebingungan para pembesar kita di Jakarta menghadapi tahun baru nanti. Bukan masalah apa yang harus dikerjakan selama setahun, tetapi masalah pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Januari 2011 dalam rangka menghemat APBN .

Sejak beberapa bulan lalu telah disodorkan pola pengurangan subsidi BBM (baca : kenaikan harga BBM). Konsep awalnya, distribusi bagi kendaraan plat hitam dikurangi. Yang masih di subsidi adalah kendaraan plat kuning, plat merah dan kendaraan TNI dan Polri.

Konsep berikutnya, penghapusan subsidi BBM bagi keluaran tahun 2005 ke atas. Artinya kendaraan tahun 2005 ke atas tidak diperbolehkan lagi memakan bensin seharga Rp 4.500/liter. Sebagai gantinya mereka diminta mengganti dengan pertamax yang harganya lebih mahal. Untuk memantaunya ada rencana Pertamina menerbitkan kartu kendali bagi para pengantre SPBU (pom bensin).

Menurut Menko Kesra Hatta Radjasa, kebijakan subsidi dilakukan dengan dua pendekatan, yakni berkeadilan berupa perlindungan rakyat yang tidak mampu dan ketersediaan anggaran. "Pemerintah bisa saja menutup kebutuhan subsidi dengan anggaran yang ada, tapi instrumen keadilannya terabaikan," katanya. Ia menambahkan, kebijakan pembatasan selalu memiliki risiko, tetapi harus dilakukan demi sesuatu yang lebih baik. Diharapkan hal ini tidak berisiko pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

Sementara pemerintah tengah mengkaji cara terbaik untuk mengurangi subsidi BBM, masyarakat terlanjur resah. Pemerintah menganjurkan agar kendaraan angkutan barang dan penumpang mengganti plat hitam menjadi plat kuning agar masih mendapat jatah BBM bersubsidi. Benarkah itu ?

Coba kita tengok di daerah. Ternyata angkutan barang dan penumpang tidak semua kendaraan bermotor roda empat. Akankah mereka diharuskan menggunakan pertamax yang harganya lebih mahal ?. Walaupun kata Hatta Radjasa kemungkinan kebijakan BBM bersubsidi akan dilaksanakan Maret 2011, tetap saja keresahan masih menjadi milik masyarakat kecil.

Marsudin, pengojek dari Arjasa, Jember menyatakan kekecewaannya karena pemerintah tidak mempedulikan kesulitan masyarakat kecil. Tukang sayur dari Sumbersari, Jember, Tosa pasrah saja. Dia katakan kalau BBM naik pasti barang dagangan juga akan naik, jualnyapun juga harus naik. Dampaknya Tosa butuh modal lebih banyak lagi dengan risiko yang belanja akan menurun karena perekonomian juga akan kurang baik.

Mbak Siti pedagang jajanan kecil untuk murid SD di Kecamatan Balung, Jember lebih prihatin lagi. Karena dagangannya berkisar 250 sampai 500 rupiah saja. Tentunya kalau BBM naik, akan sulit mencari dagangan yang untungnya rata-rata hanya 50 rupiah. ”Padahal alat transport saya cuma sepeda motor ini”, katanya. Mosok sepeda motor di plat kuning !


PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS LANSIA DI JEMBER



oleh : Pakde Bagio

Sebagai tindak lan jut ditandatangani nya MOU antara Perwakilan Yayasan Gerontologi Abiyoso (YGA) Kabupaten Jember dengan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Jember (UMJ), kni para lansia di Jember akan mendapat pendampingan psikologis secara cuma cuma. Penandatanganan MOU oleh Giman Supriatno (Ketua Perwakilan YGA) dengan Iin Ervina, S.Psi, M.Si (Dekan Fakultas Psikologi UMJ) dilaksanakan 8 Juni 2010 yang ditindak-lanjuti dengan penandatanganan Protokol Pemenuhan Hak & Kewajiban pada MOU tersebut pada 9 Oktober 2010.

Untuk teknis pelaksanaan pendampingan psikologis, Rabu (22/12) kedua belah fihak sepakat untuk segera merealisasinya. Di Fakultas Psikologi UMJ kedua belah fihak membicarakan bersama tata cara yang ditempuh agar tidak ternyata tumpang tindih.

Menurut Ketua Perwakilan YGA Giman Supriatno, berdasarkan laporan BPS Jawa Timur (2007) di Jember terdapat 2.293.740 jiwa. 11,26% persen diantaranya, yakni 258.351 jiwa berusia 60 tahun keatas yang disebut lansia. Seirama dengan semakin membaiknya keadaan ekonomi serta pelayanan kesehatan, dari tahun ke tahun jumlah lansia akan semakin bertambah pula. Namun demikian, problem yang dihadapi para lansia juga semakin kompleks sehingga pendampingan psikologis agar para lansia tetap sehat, berkualitas dan mampu mandiri sangat diperlukan.

Perwakilan YGA mempunyai tugas membantu pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan lansia. Lembaga ini mendorong agar para lansia berkumpul dalam wadah Karang Werda. Namun demikian, sampai saat ini di Kabupaten Jember masih terdapat 70 Karang Werda yang tersebar di 16 Kecamatan. Sedang 15 kecamatan lainnya belum tersentuh Karang Werda. Padahal pembentukan dan pemberdayaan Karang Werda telah diatur oleh Peraturan Bupati Jember nomor 47 tahun 2006.

Sejak saat ini, Karang Werda melalui Perwakilan YGA dapat meminta fihak Fakultas Psikologi UMJ mengadakan kegiatan pendampingan psikologis. Sebaliknya, Fakultas Psikologi UMJ dapat mengadakan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi ke Karang Werda yang ada.


Memperingati Hari Ibu bersama Ibu Roekanti



Oleh : Pakde Bagio

22 Desember kita semua memperingati Hari Ibu. Tanpa Ibu kita tidak akan pernah ada. Tanpa Ibu kita tidak akan tahu akan jadi apa dan kemana, karena Ibu selalu menunjukkan arah kemana kita pergi. Dengan sabar dan penuh kasih sayang kita dijadikan manusia. Mulai dari melahirkan, menyusi, membelai, memandikannya tiada henti Ibu mendampingi kita. Trima kasih Ibu, semoga Ibu panjang umur dan selalu sehat.

Kali ini saya menurunkan sebuah tulisan tentang bagaimana seorang ibu mendidik putra-putrinya sampai berhasil. Bahkan Ibu Roekanti sampai saat ini masih sehat walafiat walau usianya sudah 93 tahun. Mudah-mudahan tulisan ini ada manfaatnya bagi kita sekalian, terutama para ibu muda. Untuk tidak mudah putus asa, tetap semangat menghadapi segala tantangan dalam mendidik putra-putrinya. Terutama menghadapi masalah ekonomi, pendidikan sampai situasi yang kurang kondusif akibat pengaruh global yang melanda bangsa.

Berbincang dengan lansia yang satu ini sangatlah menyenangkan. Walau usianya mulai senja, 93 tahun, tutur katanya masih tertata bagus. Masih jelas, disertai intonasi khas Jawa yang masih kental. Daya ingatnyapun masih hebat. Apalagi kalau menceritakan putra-putrinya yang sukses ber-karir. Dan almarhum suaminya, salah satu pamong praja dari sembilan pegawai Kabupaten Jember pertama yang dibentuk Belanda. Itulah sosok Eyang Roekanti, isteri almarhum Koesdi, kemenakan Bupati pertama Jember Notohadinegoro.

Eyang Roekanti sangat fasih menjelaskan nama putra-putrinya yang sebelas orang berikut pekerjaannya. Begitu pula ketika merinci 34 cucu dari kesebelas putra-putrinya. Namun ketika ditanya berapa buyut dan canggahnya, Roekanti tertawa ngakak sambil berkata, jangan tanya jumlah dan namanya. “Pokoknya, buanyak”, katanya.

Roekanti adalah sosok ibu periang yang demokratis. Dia tidak pernah menyuruh anak-anaknya jadi apa. Dia hanya berpesan agar anak-anaknya belajar dan bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab. Wanita yang kelihatan segar dan tidak pernah minum obat ini tidak punya kiat agar “awet urip”. Sebab yang membuat “awet urip” adalah Tuhan Yang Maha Esa, katanya. Yang penting menurutnya, nrimo, apa adanya dan mboten nate muring alias tidak pernah marah.

Eyang Roekanti yang kini tinggal bersama putri ketujuhnya, Nastuti Herawati, di Jalan Rasamala, Patrang, Jember ini masih membaca Panyebar Semangat. Paling suka makan dengan lauk sayur. Sedangkan daging, jarang sekali dijamahnya. Barangkali itu yang membuat sang eyang tetap sehat, pikir saya.

Dikepang.

Roekanti dilahirkan di Ngawi, 26 Januari 1918. Putri tunggal pasangan Sarjono dan Masmunah. Karena tugasnya sebagai pegawai kehutanan, pada tahun 1932 pasangan ini dipindah ke Bangsalsari, Jember. Roekanti sendiri yang bersekolah di HIS kelas dua, meneruskan pendidikannya di HIS Jember. Saat itu dia bersama kawan-kawannya banyak yang bersekolah di Jember.

Untuk bersekolah, pemerintah kolonial Belanda menyediakan sepur (kereta api) khusus dari Tanggul ke Jember pulang pergi. Roekanti senang sekali bisa bersekolah dan banyak punya teman. Abonemen kereta api dari Bangsalsari ke Jember saat itu hanya 2 gulden per bulannya.

Ketika ditanya. dia sudah lupa dimana saja teman-teman sekolahnya yang abonemen sepur saat itu. Yang paling diingat adalah cara berpakaian anak sekolah saat itu. Seragam tidak ada, tetapi murid laki-lagi mengenakan sarung batik, jas tanpa dasi dan tanpa kopiah. Sedang anak perempuannya, pakai jarit dan berkebaya. Rambutnya di klabang, atau bahasa gaulnya dikepang.

Saat Roekanti mulai remaja, ibunya melarang dia melanjutkan sekolah HIS yang gedungnya kini ditempati SMP Negeri I Jember. Menurut ibunya, perempuan tidak perlu sekolah tinggi. Kulo mrotol ngantos kelas gangsal”, katanya tertawa. Diapun menerima saja. Sama seperti ketika dia harus menikah dengan putra teman bapaknya. Nama laki-laki yang menikahinya pada April 1936 itu adalah Koesdi.

Koesdi adalah salah seorang dari 9 pegawai pamong praja pertama di Kabupaten Jember. Pendidikannya, HIS Kediri yang ditarik ke Jember untuk membantu pekerjaan di kantor kabupaten. Saat itu kantornya di sebuah ruang kecil di Jalan Trunojoyo. Tepatnya di sebelah barat kantor PDAM yang dulu merupakan jagal atau tempat pembantaian hewan.

Suami Roekanti ini adalah kemenakan Wiryodinoto, Wedono Ngadiluwih, Kediri, yang diangkat sebagai Bupati Jember pertama. Menurut Roekanti, nama Notohadinegoro lebih dikenal bila dibandingkan dengan namanya sendiri, Wiryodinoto. Notohadinegoro adalah gelar yang diberikan oleh Mangkunegaran (Solo), karena mempersunting putri Keraton Solo.

Banyak yang dia ceritakan mengenai pertumbuhan Jember sejak ditetapkan sebagai kabupaten. Roekanti bangga menjadi warga Jember sehingga maju seperti saat ini. Dia mengikuti perkembangannya dari bulan ke bulan, dari tahun ke tahun, karena almarhum suaminya kebetulan menjadi Kepala Tata Usaha PUK (sekarang DPUD).

Suaminya pensiun tahun 1959 dan meninggal dunia pada tahun 1973. Roekanti sendiri aktif di Perwari dan PWRI Ranting Patrang. Namun karena harus tinggal di Baratan, aktivitasnya sebagai anggota PWRI mulai surut. “Menawi wonten pertemuan, mboten wonten ingkang ngeteraken”, tuturnya. Tetapi setiap bulannya dia harus ke kota untuk mengambil uang pensiun yang Rp. 692.000 di Bank Jatim.

Lawuh nyambik.

Lantaran falsafah hidupnya yang nrimo dan sabar itulah, Roekanti bersama suaminya tidak mengenal istilah kekurangan. Walaupun anaknya sebelas orang dan harus menyelesaikan sekolahnya. “Pas-pasan, kemawon”, katanya merendah. Dia ceritakan, suatu saat pengeluaran keluarganya mengalami defisit. Maka jalan yang ditempuh adalah menjual rokok yang mereka buat bersama. Rokoknya merk Nastiti, kata sang eyang tertawa. Pembelinya adalah kusir dokar atau cikar yang lewat Jalan Trunojoyo.

Menurut penuturan putra ketiga Roekanti, Koesnindar yang pensiunan perwira AURI, pas-pasan menurutnya mempunyai makna demikian. Untuk hidup kesehariannya, sang bapak yang mencari beras. Sedang anak-anaknya yang mencari lauk pauknya. Ada yang cari sayur, ada yang mencari ikan di sungai. Atau menjual jasa sebagai tukang cat, tukang nglabur atau apa saja yang menghasilkan uang.

Menurut Kusnindar, seringkali mereka sekeluarga makan dengan lauk sayur krokot. Karena krokot ada dimana-mana dan tidak usah beli. Bahkan melahap nyambik tidak jarang mereka lakukan. Menurut putera kelima Roekanti, Koeswanto, salah seorang adiknya sangat pinter berburu nyambik di sungai. Itulah lauk paling nikmat yang mereka rasakan pada saat masa-masa sulit.

Masa-masa kehidupan yang pas-pasan sudah berlalu. Eyang Roekanti kini tinggal menikmati hasil didikan keras almarhum suaminya. Dua putranya pensiunan pamen TNI, pejabat Bank Indonesia, Perwira AURI dan PNS. Satu diantara putranya, Nurul Kusman pernah menjadi Bupati Jombang. Soal karir, orang tua tidak pernah mengarahkannya. Namun dasar keilmuan, disiplin diri dan semangat tinggi selalu ditanamkan oleh pasangan Koesdi dan Roekanti kepada anak anak mereka. Termasuk untuk Koeswanto, purnawirawan Kolonel (TNI-AD) yang ki i menjadi Ketua Pepabri Cabang Jember.

Kunci keberhasilan semuanya adalah karena ketaqwaan mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain menerima segala sesuatunya tanpa “muring”. Tulisan ini dimaksudkan juga untuk menyongsong Harijadi Kabupaten Jember, 1 Januari 2011, dimana masih ada seorang Ibu, istri seorang staf pamong praja pertama kabupaten ini didirikan.

Keterangan gambar. Kiri : Eyang Roekanti bersama putra dan putrinya yang sudah pensiun. Kanan : Eyang Roekanti yang tetap sehat sampai 93 tahun usianya kini.

WISATA MENEROBOS DUA TEROWONGAN





Oleh : Pakde Bagio

Menelusuri rel dengan kereta api alias sepur dari Jember menuju Banyuwangi benar-benar mengasyikkan. Disepanjang perjalanan yang tampak adalah hamparan sawah menghijau, kebun kopi dan pinus membuat mata betah memandanginya. Belum lagi pemandangan lembah dan gunung yang terlalu sayang tidak diabadikan dalam foto. Pemandangan ini belum termasuk keindahan panorama saat kereta api menyusuri beberapa jembatan panjang dan dua terowongan yang membelah Gunung Gumitir.

Agar dapat merasakan indahnya alam pegunungan dan perkebunan antara Jember – Banyuwangi, disarankan naik kereta api Tawang Alun atau Probowangi. Harga tiketnya terbilang murah. Kereta Tawang Alun hanya Rp. 4.500 sedang Probowangi Rp. 10.500. Untuk sampai stasiun Banyuwangi Baru, tepatnya diseberang jalan Pelabuhan Ketapang, kereta berhenti setidaknya di 16 stasiun kecil untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Maklum kereta api ini memang kereta rakyat.

Di stasiun Garahan hampir semua penumpang membeli makan pagi atau makan siang berupa nasi pecel. Nasi pecel disini memang khas, karena dipincuk daung pisang. Makanya nasi pecel Garahan ini dikenal dengan sebutan pecel pincuk atau atau pecel Garahan. Harganya sangat terjangkau, hanya Rp. 2.500 (dua ribu lima ratus rupiah). Antara penumpang dan penjual terasa cukup interaktif sepertinya sudah ada saling pengertian, sehingga kereta yang berhenti hanya lima menit dapat melayani ratusan penumpang untuk menikmati nasi pecel. Jual beli disini tanpa basa-basi, tidak ada tawar menawar, dan dilayani kaum ibu setempat.

Dari stasiun Garahan, sensasi menembus Gunung Gumitir dimulai. Ada dua terowongan yang harus dilewati kereta api untuk sampai ke Banyuwangi. Pertama terowongan Garahan dengan panjang 90 m yang selesai dibangun pada tahun 1902. Yang kedua adalah terowongan Mrawan dengan panjang 980 m diselesaikan pembangunnya pada tahun 1910. Yang terakhir adalah terowongan kereta api terpanjang di Indonesia. Kedua terowongan ini merupakan peninggalan Kolonial Belanda.

Sensasi berkereta api antara Jember – Banyuwangi, khususnya mulai dari stasiun Garahan yang masuk wilayah Kabupaten Jember dengan stasiun Kalibaru yang masuk wilayah Kabupaten Banyuwangi ternyata tidak cukup dengan kedua terowongan itu. Masih ada sensasi lain yakni tikungan dan jembatan yang curam.

Dari Stasiun Garahan sampai dengan Stasiun Kalibaru terdapat 11 jembatan dengan kedalaman yang curam. Salah satu jembatan terpanjang, memiliki panjang kurang lebih 178 m dengan kedalaman 63 m. Jembatan-jembatan tersebut merupakan hasil rancang bangun arsitek Belanda.

Kalau mau lebih spesial lagi, masih ada wisata lain. Selain menikmati keunikan terowongan Garahan dan Mrawan saja dapat pula dinikmati keindahan dengan kereta khusus, yakni lori. Wisatawan dapat menikmati agrowisata Gunung Gumitir yang merupakan perkebunan kopi dan coklat, serta agrowisata hutan pinus yang getah pinusnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan cat.

Naik kereta api murah Tawang Alun atau Probowangi, penulis terkesan dengan 17 stasiun kecil yang bersih serta kereta yang bersih pula. Bahkan tidak seperti kereta lain, di kedua rangkaian kereta ini tidak ditemukan pengamen, peminta-minta atau tukang copet. Makanan kecil yang dijajakan relatif murah, karena kereta ini memang kereta rakyat.

Penulis hari Minggu (19/12) bersama warga se RT mencoba naik KA Probowangi dari Jember – Banyuwangi pulang pergi. Kesempatan satu jam untuk balik ke Jember di stasiun Banyuwangi Baru dimanfaatkan melihat Pelabuhan Ketapang yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Bali (Gilimanuk). Barangkali wisata murah meriah ini dapat dimanfaatkan pada liburan Natal dan tahun baru 2011.

TKI (Antara remitansi, skill dan aniaya)




Oleh : Pakde Bagio

Salah seorang dari sekitar 1.400 ABK kapal pesiar Amerika bernama ”Liberty of The Seas” berasal dari Jember. Namanya Andi bertugas sebagai Chef yang cukup diperhitungkan karena memilik skill yang sepadan. Menurutnya, selain memiliki skill seperti yang dituntut sesuai bidang tugasnya, seorang TKI harus memahami budaya dan bahasa yang digunakan sehari-hari di tempat kerja luar negeri.

Persis seperti yang ditemukan Komisi D DPRD Jember yang mengadakan sidak di Kantor Imigrasi Jember (17/12). Menurut Sahroni, anggota Komisi D disebutkan setelah diadakan sidak, ternyata banyak TKI unskill yang dengan mudahnya memperoleh paspor. ”Akibatnya, ketika di luar negeri mereka banyak mengalami masalah”, tutur Sahroni. Seharusnya pengiriman tenaga kerja ke luar negeri hendaklah yang berketrampilan, katanya lagi.

Adalah Sumiati (23 tahun) asal Dompu, NTB menjadi korban kekejian di rumah majikannya di Medinah. Selain dianiaya sekujur tubuhnya, bibir dan mulutnya digunting. Belum reda cerita sedih tentang Sumiati, Kikim Komalasari (36 tahun) asal Cianjur, Jawa Barat, tewas digorok majikannya. Kemudian jenasahnya dibuang di tempat sampah di Abha, sebuah kota di Arab Saudi.

Kisah Sumiati dan Kikim pada bulan Nopember 2010 ini melengkapi kisah sedih para TKI kita di luar negeri. Diantaranya seperti Nirmala Bonat (asal NTT) yang dianiaya dengan cara dipukuli, diseterika dan disiram air panas oleh majikannya. Yim Pek Hay, sang majikan dipenjara di Kuala Lumpur 18 tahun.

Siti Hajar (asal Garut) juga di Kuala Lumpur tidak pernah menerima gaji selama 3 tahun juga dianiaya dengan gunting, dipukuli dan disiram air panas. Majikannya Hiau Yuang dipenjara 3 tahun dan denda Rp. 13,25 juta. Begitu pula Winfaidah (asal Lampung) mendapat siksaan dan dijadikan budak seks di Kuala Lumpur. Majikannya bernama Wilu dan Bunguwalu kini tengah diadili dan mendapat ancaman hukuman 20 tahun penjara.

Bukan cuma itu. Laporan Direktur Executif Migrant Carw Anis Hidayah, selama sebelas bulan pada tahun 2010 tercatat 5,636 orang TKI di Arab Saudi mengalami kasus serius. Selain tindak kekerasan, mereka mayoritas menjadi korban pemerkosaan dan pelecehan seksual. Jumlah ini merupakan bagian dari 22.035 kasus yang terjadi di Arab Saudi.

Banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah kekerasan dan pelecehan terhadap TKI. Namun karena banyaknya kasus, seiring dengan semakin banyaknya TKI ke luar negeri, rasanya tidak mudah menyelesaikannya. Gemerincing dolar terdengar keras sekali mulai dari Jakarta sampai ke pelosok desa. Bayangkan, remitansi (kiriman uang) dari para buruh migran di luar negeri dari tahun ke tahun semakin meningkat.

Tahun ini saja tercatat 7,139 miliar dolar AS yang masuk. Kalau kurs dolar AS Rp. 10 ribu per dolar maka remitansi itu berjumlah Rp. 71.390.000.000 (baca : tujuh puluh satu triliun rupiah lebih). Jumlah uang yang banyak yang berasal dari 4,3 juta TKI. Angka menggiurkan yang menjadi maknit setiap warga bangsa. Magnit yang mampu menyedot setiap orang untuk berburu dolar.

Mengingat semakin banyaknya buruh migran kita yang jadi korban penganiayaan, Presiden SBY berencana akan memberikan ponsel buat para TKI yang bekerja di luar negeri. Agar kelak kalau ada masalah dengan mereka, maka kedutaan besar di masing-masing negara dan Jakarta dapat segera mengetahuinya. Untuk segera diatasi.

”Pemerintah Indonesia menginginkan adanya kerja sama, sikap kooperatif, karena sebenarnya tenaga kerja itu ya bekerja untuk ekonomi mereka. Jadi, harus ada take and give-nya”, kata Presiden.

Menurut Anis, pemerintah lalai mengawasi proses perekrutan, pelatihan, dan penempatan mereka. Hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya TKI yang berusia dibawah umur, tidak memahami bahasa tempat kerja mereka bahkan tidak memiliki ketrampilan apa-apa. ”Kalau pengawasan benar, setiap TKI yang berangkat sudah menguasai bahasa negara tujuan, konsisi sosial, dan pemahaman hukum setempat”, kata Anis lagi.

Hal itu dibenarkan Andi (24 tahun), Chef kapal pesiar ”Liberty of The Seas”. Kapal terbesar berpenumpang 4.300 orang wisatawan berlantai 17 ini dengan rute Amerika Eropa. Menurutnya, selain harus memahamai budaya tempat TKI itu bekerja, penguasaan bahasa yang banyak digunakan di dunia, ketrampilan kerja dan pengetahuan yang luas menjadi syarat mutlak.

”Mereka sangat menghargai dan menghormati para pekerja asing yang berkemampuan tinggi dan pandai berkomunikasi”, katanya lagi. Kalau toh disana-sini terdengar adanya penganiayaan terhadap TKI kita, kemungkinan disebabkan oleh ketidak-mampuan berkomunikasi serta skill yang dibutuhkan.

Sebaran TKI dan Kasusnya

Negara

Jumlah TKI

Jumlah kasus

Arab Saudi

960.000

22.035

Taiwan

130.000

4.497

Uni Emirat Arab

75.000

3.866

Singapura

110.000

2.937

Malaysia

2.000.000

2.476

Hongkong

120.000

2.245

Qatar

25.000

1.146

Oman

12.000

1.146

Bahrain

16.000

373

Suriah

80.000

161

Brunei

33.000

84

Korea Selatan

33.000

10


Total TKI : 4,3 juta orang

Total kasus : 45.626

Catatan : belum termasuk TKI tidak berdokumen

Wirausaha CIRENG dan NUGGET untuk lansia


Oleh : Pakde Bagio

Upaya terus menerus agar para lansia mampu mandiri dilakukan Perwakilan Yayasan Gerontologi Abiyoso Kabupaten Jember. Hal ini dimaksudkan agar para lansia tidak tergantung kepada orang lain. Berbagai latihan ketrampilan diberikan agar mereka mandiri dengan wirausaha. Menurut Ketua Perwakilan Yayasan Gerontologi Abiyoso Kabupaten Jember H. Giman Supriatno, pengembangan kemandirian lansia akan berdampak kepada meningkatnya usia harapan hidup.

Dari sekian banyak pelatihan yang diberikan kepada para lansia, adalah membuat cireng dan nugget belum lama ini.

Cireng atau dapat disebut juga dengan Aci Goreng merupakan makanan ringan khas Sunda. Cireng termasuk ke dalam makanan strata menengah - kebawah. Menurut Erna Widayanti BW, pelatih pembuat makanan ini, cireng dapat dibentuk bermacam-macam dengan berbagai variasi isi. Ada sambel pecel, kedelai atau taucho, biasanya dijual untuk konsumsi murid-murid sekolah. Makanan ini cukup terkenal pada era 80-an, namun layak disantap keluarga terutama pada sore hari. Menemani kopi atau teh hangat.

Bahan :
400 gram tepung kanji
secukupnya garam
secukupnya merica bubuk
secukupnya bawang putih yg dihaluskan dan ditumis sebentar
secukupnya seledri cincang dan bawang daun cincang
secukupnya bumbu pecel

Bumbu masak Masako 1 bungkus

200ml air panas

Cara membuat:
* Campur tepung kanji dengan garam, merica, bawang putih

bubuk, daun seledri dan daun bawang hingga rata.

* Tuang air panas sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga

adonan bisa dipulung dan dibentuk.

* Goreng hingga kecoklatan dengan api sedang.

Sedangkan nugget menurut pelatihnya, Imam Soebagio, adalah lauk yang sarat vitamin dan gizi. Dibuat dari bahan daging sapi, daging ayam atau ikan laut. Bahannya mudah didapat di sekitar kita dan cara penjualannya juga tidak sulit karena penggemarnya juga banyak.

Bahan :

Daging ayam 500 gram dicacah

Tepung roti/panir satu cangkir

Bumbu masak Masako 2 bungkus

Telor ayam 2 butir

Buah pala sebear kedelai (diuleg) beri air sedikit

Garam setengah sdt

Mrica ¼ sdt

Bawang putih 4 siun

Air setengah gelas (100 ml)

Tambahan : 1 telor dan panir untuk celupan akhir.

Cara membuat :

· Masukkan cacahan daging ayam dan bumbu dalam blender. Blender bahan jangan sampai terlalu halus halus.

· Hasilnya tuang dalam baskom, campurkan tepung roti dan air. Ukur tingkat kelemasannya, jangan terlalu lembek/cair atau terlalu kaku.

· Masukkan dalam plastik (sesuai selera). Kukus sampai matang (25 menit). Angkat, dinginkan.

· Iris sesuai selera. Masukkan dalam tepung roti, celupkan dalam kocokan telur, masukkan lagi dalam tepung roti/panir. Kemudin kukus selama 10 menit.

· Dinginkan. Goreng.

Kedua jenis makanan yang sangat digemari masyarakat ini sangat bagus untuk dikerjakan para lansia untuk dijual, karena prospeknya bagus. Keuntungannyapun sedikitnya dua kali lipat. Misalnya satu resep nugget membutuhkan modal Rp. 22.500 dan kalau dijual sedikitnya laku Rp. 40.000. Jadi setiap satu resep akan diperoleh keuntungan Rp. 17.500. Sedangkan untuk pembuatan satu resep cireng diperlukan modal Rp. 10.000 yang kalau dijual akan mendapat penghasilan Rp. 10.000 juga. Mari kita coba.

MASINIS PEMKAB JEMBER



Oleh : Pakde Bagio

Ternyata banyak juga yang membaca tulisan saya tentang kosongnya masinis Jember. Masih ingat ? Ibarat sebuah kereta api alias sepur, Jember dikendalikan lokomotif tapi tanpa masinis. Karena Bupati dan Wakil Bupati Jember dibebastugaskan sementara alias schorsing lantaran diduga terlibat korupsi dan tengah menjalani pemeriksaan pengadilan. Padahal kedua pejabat inkumben itu belum genap 50 hari memegang tampuk pimpinan sebagai orang nomer satu dan nomor dua Kabupaten Jember.

Sementara Kusen Andalas yang Wakil Bupati masih dalam proses pemeriksaan di Pengadilan Negeri Jember, MZA Djalal yang Bupati sudah dinyatakan bebas oleh Pengadilan Negeri Surabaya. Karena kata Undang Undang, Jaksa (JPU) tidak bisa banding maka langsung kasasi. Jabatan Bupati-pun tidak serta merta dipegang kembali oleh MZA Djalal, menunggu proses hukum lebih lanjut.

Maka kabupaten Jember yang diibaratkan kereta api dengan banyak penumpang, dihela lokomotif, tetapi tanpa masinis. Hiruk pikuk masyarakat Jember yang cuacanya dingin karena diguyur hujan setiap hari, menjadi hangat lantaran pro dan kontra jabatan masinis. Ada yang menghendaki MZA Djalal segera dilantik karena di vonis bebas. Ada pula yang menginginkan cukup diganti Plt (Pelaksana Tugas) saja, yang saat ini dijabat Sekkab Soegiarto. Tetapi ada yang menghendaki penunjukan Pj (Penjabat) Bupati karena saat ini sedang ramai-ramainya pembahasan APBD 2011.

Yang selalu membuat situasi hangat Jember ternyata adalah para politisinya. Termasuk pendukung yang pro dan yang kontra. Padahal masyarakat awam hanya menghendaki Jember ada pemimpinnya, ada masinisnya. Yang bisa mengatur kapan kereta bisa melaju cepat, kapan harus memperlambat jalannya, kapan menaik-turunkan penumpang atau kemana kereta akan dibawa.

Masinis Soewardi.

Pertemuan Karang Werda Jember Permai I di Kelurahan Sumbersari, Jember, Sabtu (11/12) ikut meramaikan pembicaraan mengenai masinis yang dibutuhkan Jember. Maka mereka beramai-ramai mendorong agar Haji Soewardi mau jadi masinisnya Pemkab Jember.

Haji Soewardi adalah warga Karang Werda Jember Permai I yang pensiunan masinis kereta api milik PJKA. Karuan saja lansia Soewardi ini hanya terkekeh-kekeh mendengar tawaran itu. Padahal selain 35 tahun menjadi masinis kereta api, lansia Soewardi ini adalah imam mesjid ”As Salam” Kelurahan Sumbersari. Sepanjang pertemuan Sabtu itu Haji Soewardi terbahak-bahak saja melihat celotehan teman-teman lansianya. Sebab jadi masinis Kabupaten Jember beda dengan masinis sepur alias kereta api.

Senin (13/12) malam terdengar berita. Siangnya, Kepala Irwilprov Jawa Timur Teddy Zarkazi dilantik kembali sebagai Pj Bupati Jember oleh Gubernur Jawa Timur Soekarwo. Dikatakan lagi karena Teddy Zarkasi sebelumnya pernah menjabat sebagai Pj Bupati Jember saat masa tugas MZA Djalal berakhir sambil menunggu pelantikannya kembali setelah memenangkan pemilukada 2010.

Teddy tidak asing bagi masyarakat Jember karena pernah menjadi masinis Pemkab Jember walaupun hanya sebulan. Teddy juga punya banyak teman di kota ini. Maklum Teddy adalah dikenal sebagai aktivis saat menjadi mahasiswa Fisip Universitas Jember.

Suka atau tidak suka, ini adalah policy untuk melanjutkan menata kota dan membangun desa, khususnya menyongsong tahun anggaran 2011. Mudah-mudahan Teddy bisa membawa gerbong kereta api yang bernama Kabupaten Jember ini menuju stasiun yang tata tentrem kerta raharja. Teddy sebagai birokrat barangkali lebih layak menjadi masinis Jember ketimbang pensiunan masinis Haji Soewardi yang sudah lansia.